• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 20 Mei 2024

Metropolis

Ketua PCNU Sidoarjo Tegaskan RMINU Jantungnya NU

Ketua PCNU Sidoarjo Tegaskan RMINU Jantungnya NU
Ketua PCNU Sidoarjo, KH Zainal Abidin. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Ketua PCNU Sidoarjo, KH Zainal Abidin. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, KH Zainal Abidin menegaskan lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) berawal dari sekumpulan ulama pondok pesantren. Tanpa adanya ulama pesantren tidak akan ada organisasi NU.

 

“Maka, menurut saya Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) adalah jantungnya NU. Jika RMI tidak berjalan dengan baik maka NU secara keseluruan juga tidak berjalan. Karena organ yang paling penting dalam tubuh adalah jantung,” katanya saat Halal Bihalal RMINU Sidoarjo di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo, Rabu (08/05/2024).

 

Dirinya pun mengapresiasi RMINU Sidoarjo yang aktif membuat kegiatan. Melalui acara halal bihalal semacam ini diharapkan muncul inspirasi-inspirasi untuk membuat kegiatan yang dapat dirasakan langsung oleh pondok pesantren yang ada di Sidoarjo.

 

“Berorganisasi itu jangan hanya bangga karena membuat acara-acara yang besar didatangi ribuan orang dan dihadiri banyak tokoh besar,” ungkapnya.

 

Lebih jauh dari itu bagaimana organisasi dapat memberi manfaat langsung. Jika RMI maka memberi manfaat kepada pondok pesantren dan menumbuhkan inspirasi agar melahirkan santri yang akan menjadi ulama, pengusaha, birokrat yang sukses dan bermanfaat, seperti tujuan NU berdiri yakni menjadi pelayan umat.

 

“Memberikan pelayan umat itu tidak hanya berbentuk layanan kesehatan, pendidikan saja. Akan tetapi semua permasalah yang begitu kempleks di masyarakat kader NU harus hadir untuk memberikan manfaat,” ungkapnya.

 

Dijelaskan, ketua atau koordinator pengurus NU di berbagai tingkatan tidak harus menonjolkan perannya. Akan lebih baik memberi kesempatan kepada para pengurus lain atau kader untuk berkreasi mengeluarkan ide dan gagasan-gagasannya.

 

Para muassis NU seperti KH M Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH As’ad Syamsul Arifin dan lain-lain, selalu mendapat kiriman fatihah dari setiap kegiatan NU bukan karena selalu menonjolkan diri, namun lebih kepada keteguhan dalam perjuangan.

 

“KH Wahab misalnya, keliling dari kabupaten ke kabupaten, provinsi ke provinsi, pesantren ke pesantren, untuk konsulidasi NU menggunakan uang pribadinya. Tidak mendapat uang sama sekali dari NU,” tandasnya.


Metropolis Terbaru