
Maestro Kaligrafi Syekh Belaid Hamidi, Dirjen OIC IRCICA Prof Mahmud Erol Kilic, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, dan Wasekjen PBNU H Ahmad Ginanjar Sya'ban di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (21/7/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Surabaya, NU Online Jatim
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) RI akan meluncurkan Festival Film Santri. Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengaku, saat ini masih tengah disusun format acaranya. Festival Film Santri akan digelar berdekatan dengan Hari Santri pada 22 Oktober 2025.
"NU ini adalah organisasi yang terbesar, yang juga salah satu yag tertua di Indonesia. Kita ingin kerja sama di beberapa bidang terutama tadi dalam islamic art (seni Islam), juga mungkin kita sedang menggagas atau merumuskan Santri Film Festival karena di mana-mana sekarang banyak film," katanya saat ditemui NU Online di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (21/07/2025).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
"Film ini adalah salah satu platform yang penting karena di situ ada seni akting, ada tarinya, ada musiknya, ada teaternya, ada sastranya, ada bahasanya dan lain-lain, ada kuliner, ada fashion," tambahnya.
Menurut Fadli Zon, pesantren merupakan sarang kreativitas bagi para santri untuk memproduksi film yang bermutu. Ia melihat, para santri kini banyak berkecimpung dalam pembuatan film.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
"Kita ingin membuat satu platform supaya lebih banyak lagi kreativitas yang lahir dari pondok-pondok pesantren yang jumlahnya 40 ribu pesantren, bayangkan," katanya.
"Ini kan menurut saya kemajuan kebudayaan ini bukan hanya tugas satu, dua pihak, tetapi semua pihak termasuk dalam hal ini adalah pesantren. Mudah-mudahan ini nanti akan lahir karya-karya menarik, karena pasti banyak cerita dari santri, atau dari cerita-cerita yang lainnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Saat itu juga, Fadli Zon turut menghadiri Penganugerahan dan Apresiasi Pemenang dari Indonesia pada Kompetisi Kaligrafi Internasional Ke-13. Ia terkejut melihat ada 10 pemenang dari Indonesia karena beberapa tahun lalu ia mendengar hanya tiga pemenang saja. Fadli Zon menilai bahwa kompetisi ini dinilai secara objektif. Hal ini mengingat penilaian dilakukan tanpa diketahui pemilik karyanya dan asal negaranya.
"Saya ingat bertemu Prof Kilic di Istanbul. Dia menyebut tiga pemenang Indonesia. Sekarang 10. Ada loncatan besar. Ini sesuatu yang surprise," katanya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND