• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Madura

Ini Amanah Mustasyar MWCNU Pragaan Sumenep Saat Lailatul Ijtima

Ini Amanah Mustasyar MWCNU Pragaan Sumenep Saat Lailatul Ijtima
KH Baihaqi Syaifuddin yang juga Mustasyar MWCNU Pragaan (tengah) saat hadir pada lailatul ijtima. (Foto: NOJ/Firdausi)
KH Baihaqi Syaifuddin yang juga Mustasyar MWCNU Pragaan (tengah) saat hadir pada lailatul ijtima. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan Sumenep menghidupkan kembali program lailatul ijtima yang tertunda lantaranm pandemi.

 

KH A Junaidi Mu'arif selaku Ketua MWCNU Pragaan menjelaskan bahwa ada banyak manfaat yang bisa diraih dari kegiatan bulanan ini. 

 

“Di antaranya sebagai sarana pengurus harian untuk membahas, memecahkan, dan mencari solusi atas problematika organisasi, dan permasalahan lain,” katanya, Selasa (8/6) malam. 

 

KH Baihaqi Syafiuddin yang juga Mustasyar MWCNU Pragaan dihadirkan untuk membahas aneka persoalan, termasuk informasi baru yang banyak dibahas kalangan.  
Disampaikannya bahwa orang yang dipercaya sebagai pengurus NU, benar-benar memiliki pengalaman yang mumpuni. Seperti KH A Junaidi Mu'arif yang sudah dua kali diamani sebagai Ketua MWCNU Pragaan. 

 

Dijelaskannya bahwa pengalaman dan jam terbang adalah hal yang harus melakat dan dimiliki para pengurus NU. Dan saat berkutat dengan masalah jamiyah, maka ada sejumlah hal yang hendaknya diperhatikan.

 

"Nasihat saya kepada pengurus dalam berkhidmat kuncinya adalah sabar saat mengelola organisasi. Jika demikian, maka Allah SWT akan membalas dengan melipatgandakan pahala dan berkah," ungkapnya. 

 

Dirinya menganalogikan sabar seperti halnya orang yang menalikan tali pada seekor sapi. Bahwa jika mengikat hewan tersebut, jangan terlalu kencang karena dikhawatirkan sapi mengamuk. Sebaliknya jika kondisi sedang berjalan, maka sapi hendaknya diikuti juga agar tidak mengamuk. 

 

“Maksudnya, filosofi tali yang ada di lambang NU dihayati, karena tali tersebut tidak erat dan tidak kendor," jelas Kiai Baihaqi sambil tersenyum. 

 

Dirinya menegaskan bahwa jika terjadi perbedaan dalam tubuh kepengurusan, harus ada yang mengalah. Hal itu dikorelasikan dengan fenomena kabar hoaks dan propaganda yang dilakukan oleh sejumlah kalangan.

 

"Siapa pun pemimpinnya, pasti ada yang suka dan tidak suka. Sema halnya dengan Jokowi yang saat ini diserang dari penjuru arah dengan beragam tudingan, tuduhan, dan fitnah yang tidak disertai data yang valid," keluhnya.

 

Kiai Baihaqi melanjutkan syair yang berbunyi wa tumtirul 'ainu dhaa asy-syamsi min ramadi wa yumkirul fammu qa'mul mai min syaqami. Artinya bahwa mata tidak percaya bahwa sinar matahari terang, karena matanya sakit. Lisan tidak percaya bahwa air terasa pahit.

 

"Jika tidak suka pemimpin yang sah, seperti itu contohnya," tegasnya. 

 

Hal lain yang disampaikan termasuk tuduhan bahwa Presiden RI dituding terlibat dalam Partai Komunis Indonesia atau PKI bahkan ketua Banser pun mendapat tudingan miring dari sejumlah kalangan. Karena itu, dirinya menceritakan masa lalunya.

 

"Sekitar tahun 1966 Ansor menetapkan Banser sebagai bagian dari pengemban dan pengamanan program Ansor yang kala itu menghadapi ancaman komunis," kisahnya. 

 

Mantan Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Pragaan tersebut menguraikan prolog munculnya PKI di Indonesia yang dimulai dengan menghidupkan kegiatannya melalui organisasi kepemudaan, perempuan, buruh dan lainnya.

 

"Organisasi inilah yang sering membuat kegaduhan dan memberikan ancaman kepada masyarakat, bahkan merusak beragam fasilitas pemerintahan, tempat ibadah dan membunuh para aparatur pemerintah dan ulama,” urainya.

 

Selain di atas, ciri yang paling mencolok terjadi di Jawa adalah aksi sepihak. Bahwa PKI suka merampas padi masyarakat saat ingin dipanen. Tanah yang tidak jelas kepemilikannya diklaim oleh mereka. 

 

“Bahkan zaman dahulu ada undang-undang yang inti bunyinya adalah masyarakat diperbolehkan oleh pemerintah untuk memiliki hak terhadap kepemilikan tanah dengan batas-batas tertentu, hingga akhirnya warga Madura yang ada di Jawa pulang kampung untuk mengurusnya secara hukum,” ungkapnya.

 

Mustasyar NU keturunan Kiai Syarqawi tersebut menegaskan bahwa ciri-ciri yang ada masih belum muncul di Indonesia dan ini bagian dari gerakan barisan sakit hati saat Pemilu kemarin.

 

Pada kesemapatn tersebut, Kiai Baihaqi turut mengajak hadirin untuk mematuhi protokol kesehatan. Bahkan dirinya mengenakan masker sebagai ikhtiar untuk tidak tertular dari penyakit atau sebaliknya tidak menularkan penyakit kepada orang lain. 

 

Dalam pandangannya, Covid-19 lebih bahaya dari TBC yang pernah diderita. Karena itu, sebelum rapid tes viral di media, istri dan anak-anaknya melakukan rapid tes karena pernah positif TBC.

 

Di ujung penjelasan, dirinya menarik kesimpulan bahwa dalam menjalankan roda organisasi benar-benar diperlukan keikhlasan karena Allah. 

 

"Saat menyikapi masalah tidak usah mendahului, baik menyangkut pemerintah dan organisasi. Sebab kita punya atasan, kecuali menyangkut masalah pribadi. Pengurus MWCNU harus sama dengan PWNU dan PBNU dalam menyikapi sebuah masalah," pungkasnya.

 

Kontributor: Firdausi
Editor: Syaifullah
 


Editor:

Madura Terbaru