Jombang, NU Online Jatim
Halal Bihalal Madrasah Ibtidaiyah Nidzamiyah Sentul Jombang tidak seperti biasanya. Kali ini Halal Bihalal digelar kilat atau waktunya terbatas. Supaya tetap bermakna, panitia membuat pola tanya jawab dengan narasumber yang sudah disiapkan.
Kegiatan ini dilaksanakan di masjid madrasah setempat, Sabtu (05/06/2021) mulai pukul 08.30 WIB hingga pukul 10.00 WIB. Agenda ini diikuti dewan guru, komite, paguyuban dan para wali murid.
"Agar wali murid yang datang tak terlalu lama meninggalkan rumah, maka kami pola singkat, dan dengan metode tanya jawab," ujar Ustadz Makkin, Komite MI Nidzamiyah Sentul yang juga pengajar di MAN 4 Denanyar Jombang.
Ia juga menyampaikan bahwa penanya hanya dibatasi 10 orang supaya sesuai rencana panitia. "Agar ikut mikir bersama, dan para wali murid juga menjadi pembelajar, acara ini perlu sepuluh pertanyaan. Kalau tidak sampai sepuluh pertanyaan, maka bisa sampai siang (zuhur)," ujar pria yang aktif kegiatan kultural Khatmil Quran ini, disambut senyum para wali murid.
Sepuluh pertanyaan yang disampaikan itu terkait landasan amaliyah kaum Nahdliyin dan pada umumnya muslim di Nusantara.
Mulai dari dalil tahlilan, tawassul, ketentuan witir, puasa weton, zakat fitrah, qurban, hukum mendoakan non muslim, tadarus menggunakan pengeras suara, doa mujarab agar anak menjadi shalih, ziarah wali songo, dan ziarah kubur bagi perempuan.
"Agar semakin mantab, maka kami hadirkan Ustadz Yusuf Suharto yang merupakan pengurus Aswaja NU Center PWNU Jatim,” tandasnya.
Setelah menguraikan bahwa pengikut faham Ahlussunnah wal Jamaah adalah mayoritas di dunia dari masa ke masa. Dan di antara cirinya adalah toleran dan tidak mudah mengkafirkan, Yusuf Suharto lalu membahas tentang dua jenis ibadah.
"Dalam Islam, ada dua garis besar jenis ibadah yang dikenal, yaitu ibadah mahdlah (murni) yaitu ibadah yang ketentuannya (syarat, rukun dan waktunya) sudah dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad. Shalat shubuh misalnya, pasti dua rakaat, tak boleh diubah. Kedua ibadah ghairu mahdlah yaitu ibadah yang memiliki dalil secara umum, dan pelaksanaannya fleksibel, misalnya berdzikir dan bershalawat. Nah ibadah jenis ini yang lebih banyak," jelas dosen Ma'had Aly Pesantren Mambaul Maarif Denanyar dan IKHAC Mojokerto ini.
Di antara yang diuraikan oleh alumnii Pesantren Denanyar ini adalah terkait tawasul. Sebagaimana diketahui bahwa tawasul adalah pendekatan diri kepada Allah dengan wasilah (media/perantara), baik berupa amal shaleh, nama dan sifat, atau dzat dan jah (derajat) orang shaleh seperti para Nabi dan para wali.
Prinsip sesuatu yang dapat dijadikan wasilah adalah sesuatu yang diberi kedudukan dan kemuliaan oleh Allah. Dalil kebolehan wasilah dalam Qur’an adalah surat al Maidah ayat 35.
"Rasulullah Muhammad sendiri yang mengajarkan wasilah dengan menyebut zat beliau semasa hidupnya. Ketika ada seorang buta, oleh Rasulullah diajarkan doa" Allahumma inni asaluka wa atawajjahu ilaika binabiyyika Muhammad, nabiyyirrahmah..."(Ya Allah aku memohon dan menghadap kepada-Mu dengan menyebut nabi-Mu Muhammad, Nabi pembawa rahmat)," jelas Yusu Suharto.
"Setelah Rasulullah wafat, tawasul tersebut diajarkan oleh Sahabat Utsman bin Hunaif, dan tak ada sahabat yang mengingkari. Orang itu baik masih hidup atau sudah meninggal dunia, itu sama saja, tetaplah bahwa yang berkuasa mengubah sesuatu itu adalah Allah Ta'ala," ungkapnya.
Penulis: Yusuf Suharto
Editor: Romza
