• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Matraman

Selain Penghafal Al-Qur'an, Pondok di Gunung Wilis Nganjuk ini Siapkan Santri Mufassir

Selain Penghafal Al-Qur'an, Pondok di Gunung Wilis Nganjuk ini Siapkan Santri Mufassir
Salah satu proses pembelajaran di Ponpes Baitul Qur'an Sawahan, Nganjuk. (Foto : NOJ/ Istimewa).
Salah satu proses pembelajaran di Ponpes Baitul Qur'an Sawahan, Nganjuk. (Foto : NOJ/ Istimewa).

Nganjuk, NU Online Jatim

Pondok Pesantren Baitul Qur’an, merupakan The Holistic Tahfidz Center (THTC) yang terletak di kawasan Gunung Wilis, teparnya di Dusun Sempu, Desa/ Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk/ Jawa Timur.

 

Lokasi Ponpes Tahfidz ini terletak beberapa kilomater dari tempat wisata Air Terjun Sedudo. Atau di bawah persis (bagi yang pernah singgah) beberapa meter dari Hotel Wisata Sanggrahan Sawahan. Sedang jarak dari pusat kota (Nganjuk) ke arah selatan sekitar 25 kilometer.

 

Mengapa pesantren tersebut disebut The Holistic Tahfidz Center? Karena di pesantren ini mempelajari secara utuh semua yang terkait dengan Al-Quran. Bukan hanya sekedar menghafal Al-Quran, tetapi juga Qiro'i, Khot'i, Hifdzi, Tarjim, dan Tafsiri.

 

Dalam proses menghafal Al-Qur'an, santri tidak langsung menghafal. Tetapi ada beberapa tahapan yang harus dijalani sebelumnya. Yaitu harus membaca terlebih dahulu (fasih membaca Al-Qur’an), setelah membaca kemudian menulis (menulis Al-Qur'an). Tahap selanjutnya barulah menghafal Al-Qur’an.

 

Tidak hanya sampai disitu. Setelah menghafal Al-Qur'an, menterjemah, dan terakhir mentafsir Al-Qur'an. Jadi proses di dalam pesantren bukan hanya Tahfidzul Al-Qur'an (hafal Al-Qur'an), tapi membaca, menulis, menghafal, menterjemah, dan mentafsir.

 

Mengapa demikian komplit, tidak hanya menghafal?

Menurut Bunyai Hj. Yuhana, SQ, M.Pd.I, pengasuh Pesantren Baitul Qur’an, ia melihat banyak para penghafal Al-Qur'an, namun tidak menguasai dalam menulis Al-Qur'an. Selain itu, banyak pula penghafal Al-Qur'an, namun saat menuliskan Al-Quran tidak sedikit yang salah. Hafal Al-Qur’an, tapi tidak bisa menulis secara benar.

 

"Begitu pula saat menterjemahkan ayat Al-Quran. Hafal ayatnya tapi tidak hafal atau tidak faham terjemahnya, apalagi terkait menafsirkannya," ungkap Bunyai muda alumni IIQ Jakarta, yang juga Ketua Forum Silaturahim Hafidzoh (FASIH) Kabupaten Nganjuk.

 

Karena berbagai problem yang banyak dihadapi penghafal Al-Qur’an. Seperti hafal Al-Qur'an, tapi tidak komplit sampai pada tahapan menulis, menerjemahkan dan sebagainya. Perempuan yang juga ASN di Kemenag ini melahirkan pesantren Al-Qur'an yang holistic (utuh).

 

Dalam menghafal Al-Qur'an di Ponpes Baitul Qur’an menggunakan standart Imam 'Ashim Riwayat Nafs jalur periwayatan Syatibie.

 

Santri Dibekali Bahasa Arab-Inggris

Di pesantren yang merupakan rintisan ketiga Bunyai Yuhana ini, The Holistic-nya bukan hanya pada Qiro'ah, Khot, Tahfidz, Tarjim, dan Tafsir (titik tekan pada Tahfidz Imam 'Ashim). Tapi dalam keseharian juga ada penguasaan bahasa Arab dan Inggris. Setiap pagi dan sore ada pembelajaran secara mandiri dari dua bahasa tersebut.

 

Pendekatan metode yang digunakan dalam mendalami Bahasa Arab dan Inggris di Ponpes Baitul Qur’an sama persis seperti yang diterapkan di pondok modern. Melatih kemandirian santri bercakap dua bahasa secara langsung, yang didampingi santri senior. Kakak kelas membimbing atau mendampingi adik kelas dalam jadwal berlatih atau berkomunikasi dua bahasa.

 

Dua bahasa tersebut diberikan selain penguasaan Al-Qur'an adalah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan para santri dalam menatap masa depan, terutama dikancah global.

 

Santri Dilengkapi Ilmu IT

Tidak hanya itu, Ponpes Baitul Qur’an juga memberikan pembelajaran kepada para santti tentang IT (informasi teknologi). Jadwal pembelajaran IT melalui SMPI-IT Baitul Qur'an yang didirikan di Ponpes Baitul Qur’an. Untuk tingkat SMK Baitul Qur'an masih dalam rancangan. Jadi secara formal IT dipelajari dan dikuatkan melalui lembaga pendidikan formal yang dimiliki.

 

Perjalanan Bunyai Tangguh

Pesantren THTC PPBQ adalah hasil perjalanan panjang pengasuh. Bukan pesantren pertama yang didirikan Yuhana, tapi pesantren ketiga yang didirikan secara mandiri.

 

Pesantren Tahfidz Qur'an pertama yang didirikan berlokasi di Provinsi Lampung. Saat itu sang pengasuh dibantu ibunya. Sebab, masih berstatus lajang. Hingga kini pesantren di Lampung itu masih eksis diasuh oleh adik-adiknya.

 

Pesantren Tahfidzul Qur'an kedua yang pernah didirikan berada di wilayah Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Sedadngkan yang ketiga mendirikan THTC Ponpes Baitul Qur’an di Kecamatan Sawahan Nganjuk. Hingga kini diasuhnya sendiri.

 

Bunyai kelahiran Madiun Jatim ini menceritakan hingga mencurahkan air mata, mengingat masa-masa sulit pendirian beberapa pesantren.

 

Cerita mulai tidak punya tempat atau lahan untuk calon pesantren, lingkungan masyarakat yang awalnya kurang bersahabat, santri yang diajak sebagai bibit awal, kebutuhan santri yang "nderek" dan sebagiannya.

 

Semua perjuangan yang dijalani bukan apa-apa. Demi tegaknya Li'ilai kalimatillah. Berdirinya panji-panji Al-Qur'an di atas bumi ini. Sehingga berjuang mendirikan pesantren Al-Quran di berbagai tempat harus ditempuh.

 

Penulis: Muhammad Ali Anwar 


Editor:

Matraman Terbaru