• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

Diskusi Kopri Mojokerto: Perempuan Harus Berkiprah di Panggung Politik

Diskusi Kopri Mojokerto: Perempuan Harus Berkiprah di Panggung Politik
Perempuan bisa berkiprah di ranah domestik dan publik. (Foto: NOJ/Okz)
Perempuan bisa berkiprah di ranah domestik dan publik. (Foto: NOJ/Okz)

Mojokerto, NU Online Jatim
Masyarakat selalu berpandangan bahwa tugas utama perempuan adalah membereskan masalah domestik di rumah. Namun seiring dengan dinamika yang mengiringi, kaum hawa juga dituntut melanjutkan kiprah sebagai pelayanan publik, termasuk di partai politik.

 

Dan momentum pemilihan kepada daerah atau Pilkada, hendaknya menyadarkan perempuan dan kaum muda untuk berani masuk di partai politik. Apalagi hingga kini tersedia kuota 30 persen yang dikhususkan bagi perempuan. 

 

Penegasan ini disampaikan Anis Handayani selaku alumni Kops Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Mojokerto pada  Ahad (2/8).

 

"Dunia politik masih dianggap dunia kaum lelaki. Masih kuat persepsi yang memandang bahwa perempuan tidak pantas masuk kancah politik,” katanya di Sekretariat PMII Mojokerto. 

 

Oleh sebab itu, situasi ini berdampak pada dua hal. Yaitu masih sedikitnya kader perempuan yang serius masuk partai politik, dan rendahnya kesadaran dan partisipasi pemilih perempuan untuk memilih calon anggota legislatif atau caleg perempuan. 

 

Diskusi yang selenggarakan Kopri Mojokerto ini mengusung tema "Representasi 30 Persen Perempuan untuk Negara," dan dihadiri sejumlah aktivis. 

 

Perempuan yang juga Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mojokerto tersebut menambahkan, sesuai dengan UU No 7 tahun 2017 mengamanahkan pada partai politik untuk menyertakan 30 persen keterwakilan perempuan dalam kepengurusan tingkat pusat. 

 

“Dengan adanya aturan tersebut seharusnya cukup memberikan ruang terhadap perempuan sehingga dapat ikut serta berperan dalam kontestasi politik,” jelasnya.

 

Hal tyersebut dapat diwujudkan dengan sebagai peserta maupun penyelenggara Pemilu. Apalagi kondisi riilnya saat ini belum cukup memenuhi kuota keterwakilan 30 persen perempuan.


“Potensi suara perempuan yang demikian besar belum dapat menghasilkan keterwakilan 30 persen di parlemen. Padahal diharapkan angka tersebut dapat melahirkan kebijakan yang benar-benar melindungi hak perempuan,"jelasnya

 

Diskusi yang diprakarsai biro kajian dan dakwah ini sebagai bentuk kesiapan perempuan dalam masuk partai politik. Kendati demikian, panggung yang tersedia tidak mengesampingkan kodrat perempuan.

 

Inani Sulfiyah selaku anggota biro serta moderator diskusi menyampaikan bahwa perempuan mempuanyai peran ganda harus bisa menempatkan profesionalitas ketika tampil di hadapan publik.

 

Ia juga mengistilahkan bahwa perempuan laksana mutiara yang bila tersembunyi sinarnya akan terlihat. Dan bila terus dirawat akan menjadi barang yang sangat indah. Karena perempuan lebih bisa adil dalam menyikapi setiap masalah.

 

“Perempuan memiliki insting yang luar biasa serta adanya bakat terpendam untuk masuk dunia politik,” pungkasnya.
 


Editor:

Metropolis Terbaru