• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Telaah Hadits Qudsy, Puasa Itu Milik Allah

Telaah Hadits Qudsy, Puasa Itu Milik Allah
Pahala puasa sangatlah besar, sebab Allah SWT sendiri yang akan membalasnya. (Foto: NOJ)
Pahala puasa sangatlah besar, sebab Allah SWT sendiri yang akan membalasnya. (Foto: NOJ)

Oleh: Zainal Arifin

 

عن أبي هريرة ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋليه ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ اﻟﻠﻪ ﻛﻞ ﻋﻤﻞ اﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺃﺟﺰﻱ ﺑﻪ _ الحديث _

 

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” 
 

Imam Abu al-Khair al-Thaliqany menjelaskan, setidaknya terdapat 55 pendapat yang menerangkan makna kalimat [الا الصوم فإنه لي الخ] dan berikut di antara beberapa keterangan tersebut:


1. Bahwa semua ibadah dapat dilihat oleh manusia kecuali puasa, sesungguhnya puasa merupakan rahasia antara Allah dan hamba-Nya di mana hanya Allah yang dapat melihatnya.


2. Bahwa puasa itu dijaga oleh Allah sehingga setan pun merasa enggan untuk merusak ibadah puasa seseorang.


3. Bahwa semua amal ibadah yang dikerjakan oleh seorang hamba kepada Allah juga dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap berhala-berhala mereka kecuali puasa.


4. Bahwa puasa merupakan ibadah yang memiliki kesamaan hukum antara orang merdeka dengan budak hamba sahaya.


5. Bahwa puasa merupakan ibadah yang menggambarkan tabiat dan sifat para malaikat dimana para malaikat tidak makan dan minum.

 

Namun satu hal yang pasti, bahwa kalimat [الا الصوم فإنه لي الخ] menampakkan keutamaan puasa atas ibadah yang lain sebagaimana menyandarkan masjid sebagai rumah Allah, walapun kenyatannya semua bumi dan alam semesta ini milik-Nya. Namun hal itu dimaksudkan untuk menjelaskan keutamaan masjid atas bumi yang lain.

 

Menarik benang merah dari semua penjelasan di atas, Syekh al-Imam Badruddin Abu Muhammad Mahmuddin Ahmad al’Aini menyimpulkan bahwa orang yang mengerjakan ibadah puasa tidak akan dimasuki sifat riya atau ingin dipuji orang lain. Sebab ibadah puasa tidak tampak dan tidak dapat dilihat manusia karena ibadah puasa merupakan sebuah niat yang cukup diucapkan dalam hati. Pernyataan ini didukung oleh hadits mursal riwayat al-Zuhri, Nabi Muhammad SAW bersabda: 


ليس في الصوم رياء» رواه العبيد في كتاب الغريب غن شبابة عن عقيل عن الزهري

 

Artinya: Dalam puasa tidak ada sifat riya.

 

Hal itu dikarenakan puasa hanya membutuhkan niat dalam hati yang tidak terlihat oleh mata, berbeda seperti ibadah lain yang membutuhkan gerak tubuh.

 

Jadi, bagaimana mungkin riya dengan ibadah puasa ketika orang lain tidak mengetahui bahwa sedang berpuasa, kecuali bila memberitahukan kepada orang lain bahwa sedang berpuasa.

 

Maka, bisa saja terjadi riya disebabkan memberitahukan kepada orang lain bahwa sedang berpuasa, bukan karena puasa itu sendiri. Hal ini berbeda dengan amal perbuatan yang lain, di mana dalam pelaksanaannya sendiri bisa saja terjadi riya karena ingin dilihat dan dipuji orang lain.

 

Pandangan menarik juga datang dari seorang mufassir Imam al-Thabari dimana menurutnya ketidak tampaan ibadah puasa menjadi penyebab tidak masuknya sifat riya di dalamnya sehingga Allah SWT menyandarkan puasa terhadap dirinya. Oleh karenanya dalam hadits Qudsy disebutkan: «يدع شهوته لي» «dia meninggalkan syahwatnya karena diri-Ku».

 

Penjelasan senada datang dari Imam Ibnu al-Jauzi bahwa semua ibadah akan tampak bila dikerjakan, sehingga jarang sekali yang tidak tercampur dengan hal-hal selain niatan ibadah. Hal ini berbeda halnya dengan puasa.

 

Sementara itu Imam al-Qurthuby menjelaskan apa yang dimaksud dengan [وأنا أجزي به] ialah hanya Allah yang mengetahui besarnya pahala ibadah puasa, sebagaimana salah satu riwayat dalam kitab al-Muwattha karya Imam Malik:

 

(ﺗﻀﺎﻋﻒ اﻟﺤﺴﻨﺔ ﺑﻌﺸﺮ ﺃﻣﺜﺎﻟﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﻤﺎﺋﺔ ﺿﻌﻒ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﺷﺎء اﻟﻠﻪ، ﻗﺎﻝ اﻟﻠﻪ: ﺇﻻ اﻟﺼﻮﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺃﺟﺰﻱ ﺑﻪ)

 

Artinya: Semua amal baik akan dilipat gandakan pahalanya 10 kali lipat sampai 700 kali lipat sampai kelipatan yang dikehendaki oleh Allah. Allah SWT bersabda dalam hadits qudsy: “Kecuali puasa, sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya."

 

Artinya bahwa pahala puasa sangatlah besar, sebab Allah SWT sendiri yang akan membalasnya. Sebagaimana sebuah pekerjaan yang diberi hadiah langsung oleh seorang raja tentunya lebih besar daripada hadiah yang diserahkan melalui ajudan.

 

Begitulah gambaran pahala puasa. Wallahu A'lam.

 

Referensi:
(1) Syekh al-Imam Badruddin Abu Muhammad Mahmuddin Ahmad al’Aini, Umdah al-Qari, Syarh Shahih al-Bukhari.

(2) Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad bin Musa al-Ainy, Syarhu Sunan Abi Dawud, Maktabah al-Rusydu: Riyad.

 

*Penulis adalah tenaga pengajar di Madrasah Diniyah Salafiyah Al-Ma'arif Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil Demangan Barat Bangkalan.
 


Editor:

Opini Terbaru