• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

1 Muharram, Ansor di Sidoarjo Ngontel Ziarahi Sejumlah Makam Wali

1 Muharram, Ansor di Sidoarjo Ngontel Ziarahi Sejumlah Makam Wali
Dengan bersepeda, aktivis Ansor di Sidoarjo melakukan ziarah pada 1 Muharram. (Foto: NOJ/Sutrisno A)
Dengan bersepeda, aktivis Ansor di Sidoarjo melakukan ziarah pada 1 Muharram. (Foto: NOJ/Sutrisno A)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Bertepatan dengan malam 1 Muharram 1442 H,  Gerakan Pemuda (GP) Ansor Ranting Rejeni, Krembung, Sidoarjo mengadakan acara gowes. Namun kegiatan bersepeda bersama itu dengan tujuan ziarah ke makam Mbah Jaelani yang berada di Desa Kajeksan, Tulangan. 

 

Satuan Koordinator Kelompok (Satkorpok)  Banser Ranting Rejeni Moh Faqiudin  mengatakan bahwa kegiatan ziarah sering dilakukan, utamanya pada malam Jumat legi.  "Namun untuk ngontel bareng baru saja dilakukan kemarin malam yang bertepatan dengan malam 1 Suro," kata Cak Zibrut, sapaan akrabnya.

 

Rute diawali dari Masjid Nurul Huda, Rejeni kemudian menuju Desa Kebaron, singgah di Desa Tlasih dan berakhir di Desa Kajeksan. Sedangkan peserta yang ikut sekitar 35 orang yang merupakan Pimpinan Ranting Ansor Rejeni.

 

"Jadi, 35 orang ini ngontel bareng bakda shalat Isya menuju makam Mbah Jaelani Tulangan. Dalam perjalanan pun lantunan shalawat dikumandangkan bersama untuk menyambut datangnya tahun baru Hijriyah ini," ungkapnya. 

 

Sosok Mbah Jaelani

Meski tidak sepopuler makam Sunan Ampel di Sutabaya dan Sunan Bonang di Tuban, makam ulama penyiar Islam di Sidoarjo boleh dibilang tidak pernah sepi peziarah. Salah satunya adalah makam Mbah Jaelani. Dan tak banyak literatur yang bisa ditemukan terkait kiprah Mbah Jaelani. Sebagian besar hanya cerita dari mulut ke mulut semacam mitos tentang kekaramahan semasa hidupnya.

 

Namun sepenggal catatan berhasil dihimpun NU Online Jatim melaui penuturan Abah Yasin, salah seorang tokoh masyarakat Kajeksan yang juga keturunan dekat Mbah Jaelani. Bahwa menurutnya, almarhum bernama asli Karbi. Memiliki empat orang saudara yakni Pak Mat, Satinah, Karmin dan Karminah. Mbah Jaelani sendiri adalah putra keempat. Tidak diketahui pasti siapa nama ayahnya, namun sang ibu bernama Kamirah berasal dari Kajeksan.

 

Semasa hidupnya, Mbah Jaelani pernah menimba ilmu agama dan menempa diri di Pesantren Siwalan Panji, Buduran Sidoarjo. Belum sampai tamat, oleh gurunya disuruh pulang karena dianggap telah lulus. “Hal itu konon dikarenakan kematangan ilmu agama dan karamah yang melekat kuat pada dirinya,” kata Abah Yasin.

 

Penuturan lain juga diceritakan tentang kebiasaan almarhum di mana setiap malam Jumat selalu pergi ke makam Sunan Ampel. Bukan dengan menumpang kendaraan, namun jalan kaki menyusuri pinggiran Kali Brantas.

 

Dari pantauan, keramaian peziarah terlihat meluber saat malam Jumat Legi atau waktu acara haul. Selain warga setempat, yang datang berziarah tak sedikit berasal dari luar kota seperti Gresik, Surabaya hingga Banyuwangi

 

Ziarah Tiga Makam Ulama

Di tempat berbeda, PAC GP Ansor Krembung juga mengadakan riyadhah malam 1 Suro di tiga makam aulia terdekat yakni makam Mbah Sayyid  Sulaiman Betek Mojoagung, Syech Jumadil Kubro Troloyo, Trowulan dan makam Prabu Brawijaya V Unggahan Trowulan.

 

Kegiatan yang diikuti hampir 50 orang tersebut dimulai pukul 20.30 yang titik kumpulnya di Masjid Cangkring Krembung.

 

Ketua PAC Ansor Kembung Fahrizal Muafi kepada NU Online Jatim saat dikonfirmasi mengatakan bahwa acara digelar sebagai bentuk riyadhah di malam 1 Suro untuk mendekatkan diri dengan mendoakan para ulama yang ada di wilayah sekitar.

 

"Agenda seperti ini akan terus digalakkan. Sebagai generasi muda NU, kita harus sering mengunjungi makam para aulia dan mendoakan mereka yang berjasa untuk negeri ini, khususnya di tanah Jawa," jelasnya.

 

Supriadi selaku Wakil Ketua PAC Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) mengatakan bahwa ketiga makam itu termasuk bersejarah dalam perkembangan Islam di Jawa Timur dan juga termasuk wali Allah paling sepuh.

 

"Kita pilih 3 i ulama tersebut karena merupakan sosok waliullah yang paling berpengaruh terhadap perkembangan Islam di tanah Jawa khususnya di Jawa Timur," pungkasnya.


Editor:

Metropolis Terbaru