• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Tapal Kuda

40 Hari Wafat KH Moh Hasan Saiful Islam dan Amalan Hindari Penyakit Hati

40 Hari Wafat KH Moh Hasan Saiful Islam dan Amalan Hindari Penyakit Hati
Almaghfurlah KH Moh Hasan Saiful Islam, Genggong. (Foto: NOJ/Pzh)
Almaghfurlah KH Moh Hasan Saiful Islam, Genggong. (Foto: NOJ/Pzh)

Tidak terasa, ternyata sudah genap 40 hari wafatnya almarhum almaghfurlah KH Moh Hasan Saiful Islam. Yang bersangkutan dikenal sebagai kalangan alim dan ulama dari Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kraksaan, Probolinggo. 


Kepergian kiai yang masyhur dengan panggilan Nun Beng ke hadapan Sang Khalik menyisakan duka mendalam bagi shahibul bait pesantren, santri, alumni, hingga simpatisan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. Ribuan santri hingga alumni mengiringi wafatnya salah satu guru agung bagi pesantren yang telah berdiri selama 150 tahun lebih tersebut. 

 

KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah selaku kakak almarhum mengungkapkan bahwa Nun Beng adalah sosok yang sabar serta tidak memiliki sifat dendam terhadap siapa pun. Hal serupa disampaikan oleh putra almarhum, yaitu. Nun Hassan Ahsan Malik. Menurutnya, luasnya hati Nun Beng tak luput dari keistikamahan amalan sehari-hari.

 

“Beliau punya amalan yang istikamah diamalkan setiap hari. Wallahu’alam, wirid inilah yang menyelamatkan hati beliau,” papar Nun Hassan Ahsan Malik, yang akrab dikenal dengan Nun Alex. 

 

Saat dimintai keterangan oleh redaksi pada Rabu (25/11/2020), Nun Alex juga memaparkan bahwa wirid yang dilanggengkan oleh Nun Beng juga diamalkan oleh para santri Genggong setiap hari. Namun, dengan tambahan yakni membaca Surah al-Insyirah serta imbuhan doa yang lain.

 

“Wirid yang beliau langgengkan yaitu seperti biasanya selepas salam, yakni:

 

لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ 

 

Kalimat tersebut dibaca sebanyak sepuluh kali. Dilanjutkan wirid seperti biasa, ayat kursi, lalu dilanjutkan membaca surah al-Insyirah sembari memegang dada sebelah kiri, baru kemudian membaca doa:

 

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِك

 

Itulah yang selalu beliau baca,” jelas Nun Alex.

 

Lebih lanjut, Nun Alex menyatakan bahwa keberkahan wirid tersebut yang menjadikan beliau adalah sosok yang salamatul shadri.

 

“Luasnya hati beliau itu nyata. Seperti penuturan Kiai Mutawakkil kemarin, bahwa almarhum adalah sosok yang kalaupun dicaci tidak membalas. Bahkan jika ada yang memusuhi, tetap berbuat baik kepada yang memusuhi,” pungkasnya

 

 

Penulis: Anita

Editor: Risma Savhira


Tapal Kuda Terbaru