• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Kediri Raya

9 Kelebihan Kiai Zainuddin Djazuli Ploso yang Patut Diteladani

9 Kelebihan Kiai Zainuddin Djazuli Ploso yang Patut Diteladani
Almarhum KH Zainuddin Djazuli Ploso. (Foto: Istimewa)
Almarhum KH Zainuddin Djazuli Ploso. (Foto: Istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim

Duka masih menggelayuti tokoh dan masyarakat atas wafatnya Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri, Sabtu (10/08/2021) kemarin. Kenangan dan kesan disampaikan dan dituliskan banyak tokoh dan alumni tentang ulama kharismatik Nahdlatul Ulama serbabisa itu.

 

Cerita Mbah Din, sapaan akrab Kiai Zainuddin Djazuli, semasa hidup pun berseliweran di media sosial, juga di media massa. Semuanya mengungkapkan kelebihan almarhum, baik perannya di dunia pendidikan, politik, dan sosial kemasyarakatan. Berikut ini sembilan kelebihan Mbah Din yang dirangkum NU Online Jatim dari banyak sumber.

 

Kakak Pengayom

Kiai Zainuddin Djazuli adalah putra tertua dari lima bersaudara dari pasangan Kiai Ahmad Djazuli Usman-Nyai Rodliyah. Adik-adik Mbah Din ialah KH Nurul Huda Djazuli, Kiai Hamim Djazuli (Gus Miek), KH Fuad Mun’im Djazuli, KH Munif Djazuli, dan Nyai Lailatul Badriyah Djazuli.

 

Sebagai kakak, Mbah Din dikenal sebagai sosok pengayom dan penyayang bagi adik-adiknya dan keluarga. Wakil Sekretaris PW LP Maarif Nahdlatul Ulama Jatim Zaini Ilyas menggambarkan, almarhum mengajarkan interaksi penuh keadaban kepada adik-adiknya. Bahkan, kepada Gus Miek dan Gus Munif, Mbah Din selalu menggunakan bahasa Jawa halus kalau berbicara.

 

Pribadi Mandiri

Mbah Din juga dikenal sebagai pribadi yang mandiri, termasuk dalam bidang ekonomi. Ia tak ingin tergantung kepada orang lain. Ia merdeka secara finansial. Alumni Pesantren Ploso angkatan 1989, Sunan Ali, bercerita bahwa, selain sebagai pendidik di pesantren, Mbah Din muda adalah seorang pengusaha yang sukses. Karena itu ia berhasil membangun gedung asrama di Al Falah secara modern dan nyaman ditinggali santri.

   

“Pondok Al Falah 2 ini dibangun oleh KH Zainuddin Djazuli dengan konsep modern. Bangunan pondok sangat bersih, indah dan rapi. Bangunannya berbentuk segi empat. Di halaman tengah terdapat taman bunga yang luas. Terhampar rumput hijau dan bunga warna-warni. Diselingi jalan setapak untuk santri lewat menuju kamar masing-masing,” tulis Sunan Ali yang tersebar di grup-grup WhatsApp.

 

Penyuka Kerapihan

Mbah Din bisa dibilang pengamal fanatik annadzofatu min al-iman, kebersihan bagian dari iman. Penataan gedung asrama santri yang ia bangun adalah salah satu buktinya. Halaman luas dengan taman dan hiasan bunga warna-warni adalah citra dirinya yang mencintai kebersihan dan kerapihan. Kamar mandi santri pun dibuat nyaman, kenang Sunan Ali.

 

“Beliau sangat menekankan kerapian dalam berpakaian. Santri harus berpenampilan menarik. Baju harus disetrika. Itulah kenapa di pintu masuk gerbang  Pesantren Al Falah 2 dan juga pondok induk Al Falah ada cermin besar yang bertuliskan ‘SUDAHKAH ANDA RAPI’,” tulis Sunan Ali.

 

Pecinta Ilmu

Mbah Din bisa dibilang pengamal teguh dari anjuran Rasulullah SAW, uthlub al-ilma min al-mahdi ila al-lahdi. Almarhum pecinta ilmu sejak kecil hingga ajal menjemput. Tidak hanya cinta, tapi tekun dan telaten mempelajari sekaligus mengajarkan kepada santri-santrinya. Soal ini tak perlu diragukan. Karena itu Mbah Din dikenal sosok yang alim. Santri, alumni, dan siapa pun yang pernah berinteraksi dengannya akan berpendapat yang sama soal itu.

 

Disiplin dan Tegas

Mbah Din juga sosok yang disiplin dan istiqamah. A Taqiyuddin Mawardi menulis, almarhum adalah representasi dari ajaran ayahandanya, yaitu al istiqamah khairun min alfi karomah. Soal ibadah, misalnya, shalat Magrib di Masjid Pesantren Ploso selalu diimaminya. Surat yang dibaca juga istiqamah, yaitu Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Wirid-wiridnya juga sama berpuluh-puluh tahun.

 

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga mengenang Mbah Din sosok yang disiplin. "Kita mengenal Mbah Yai Dien sebagai sosok ulama yang alim, disiplin, konsisten, dan tegas. Tentu saja, Bangsa Indonesia, khususnya Provinsi Jawa Timur, sangat kehilangan sekali," kenangnya.

 

Pendidik Welas Asih

Bagi santri dan alumni, Mbah Din adalah sosok pendidik yang telaten dan tak lelah mengajarkan ilmu kepada santri-santrinya. Kendati berstatus sebagai pengasuh pesantren, tapi dia kerap turun langsung menemui santri-santrinya, memantau secara langsung perkembangan santri dalam menyerap ilmu dan pengetahuan selama belajar di Pesantren Al Falah.

 

"Perhatian panjenengan kepada santri dalam segala hal sangat besar. Saat panjenengan masih sehat, sebelum Subuh penjenengan keliling membangunkan santri sendiri ke kamar-kamar. Tidak jarang panjenengan menasihati santri di kamar-kamar," ungkap alumni Pesantren Ploso yang kini menjadi Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Probolinggo, Abdul Karim.  

 

Luwes Bermasyarakat

Kendati berdarah kiai sebuah pesantren besar, Mbah Din bukanlah sosok yang ekslusif. Ia luwes dan suka berbaur dengan masyarakat. “Kiai Din yang kaya, tetap membumi di masyarakat sekitar. yang minta diakad nikahkan, beliau akadkan. Tetangga yang neninggal, beliau hadir dalam proses perawatannya. Yang sakit, beliau sediakan kendaraan untuk mengantarkannya,” tulis Taqiyuddin Mawardi.

 

Politikus Bermartabat

Perjuangan Mbah Din tidak hanya berkutat di dunia kepesantrenan dan sosial-masyarakat. Dia juga aktif memperjuangkan kemaslahatan umat di dunia politik. Ia tercatat pernah aktif di Golkar, juga ikut andil dalam pendirian Partai Kebangkitan Bangsa bersama Gus Dur. Politik yang diperjuangkan Mbah Din adalah politik kebangsaan. Karenanya banyak pejabat dan politikus yang menaruh hormat kepadanya. Hingga menjelang wafat, banyak tokoh, politikus, dan pejabat yang meminta wejangannya terkait masalah bangsa.

 

Istiqamah di NU

Kiprah Mbah Din di Nahdlatul Ulama tidak diragukan. Ia bahkan berani mengambil risiko untuk kepentingan NU. Mengutip Laduni.id, tahun 1992 dalam muktamar NU Cipasung, ketika Gus Dur mau dijegal oleh penguasa (Soeharto), Mbah Din berada di garda depan mendukung Gus Dur habis-habisan. Andai tidak ada Gus Dien, mungkin Gus Dur terjungkal. Jabatan terakhirnya hingga wafat ialah Mustasyar di PBNU dan PWNU Jawa Timur.

 

“Kita semua kehilangan kembali sosok ulama yang tegas, disiplin, penuh wibawa, dan risk-taker. Beliau sosok kiai yang tidak hanya memberi manfaat dengan keilmuan agamanya, tapi sekaligus memperluas nilai kemanfaatan beliu ke urusan publik lebih luas melalui langkah kemasyarakatan dan politik,” kata Sekretaris PWNU Jatim, Akhmad Muzakki.

 

Editor: Nur Faishal


Kediri Raya Terbaru