• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Madura

Alumni Pesantren Banyuanyar Pamekasan Kenang Kiprah Sesepuh Lewat Seminar Nasional

Alumni Pesantren Banyuanyar Pamekasan Kenang Kiprah Sesepuh Lewat Seminar Nasional
Pondok POesantren Darul Ulum, Banyuanyar, Pamekasan. (Foto: NOJ/BRt)
Pondok POesantren Darul Ulum, Banyuanyar, Pamekasan. (Foto: NOJ/BRt)

Pamekasan, NU Online Jatim

Ada banyak manfaat yang bisa diraih dari kegiatan memperingati wafatnya seseorang. Apalagi yang bersangkutan adalah tokoh, sehingga layak menjadi teladan.

 

Dalam rangka memperingati 40 tahun wafatnya KH Abdul Hamid Baqir, Persatuan Alumni Darul Ulum Banyuanyar (Peradaban) Pamekasan mengadakan seminar nasional, Jumat (25/12/2020).

 

Menurut Wakil Ketua Peradaban, Zainuddin Syarif, bahwa kepemimpinan dan keteladan para pengasuh pesantren menjadi bagian tidak terpisahkan dari dinamika pesantren saat ini. Dan tentu saja hal tersebut hendaknya terrus ditingkatkan.

 

"Dalam kaitan ini, keteladanan dan kepemimpinan para pengasuh di Banyuanyar dapat dibahasakan sebagai role model kepribadian yang sejauh ini tetap mengkristal dalam pendidikan pesantren dari masa ke masa," katanya.

 

Dan hal tersebut dapat dibuktikan oleh sejumlah akademisi. Bahwa dimensi kepemimpinan dan keteladan para pengasuh bisa dilacak di banyak kajian atau teks akademik. 

 

"Menariknya kepemimpinan dan keteladanan tersebut sesungguhnya sudah terbentuk sejak masa pengasuh generasi pertama, yakni ketika pesantren ini ada di bawah pimpinan KH Isbat,” terangnya.

 

Dikatakannya, berdasarkan babakan sejarahnya, Kyai Isbat sendiri dikenal sebagai perintis berdirinya Pesantren Banyuanyar (1788-1868).

 

Pada masa ini, karakter kepemimpinan dan keteladanannya ditunjukkan melalui perilaku, sikap, dan sifat berupa wara,' tawadlu (renda hati), dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. 

 

"Ketika Kiai Isbat hendak mendirikan Pesantren Banyuanyar, mengawalinya dengan melakukan puasa satu tahun penuh,” katanya.

 

Bahkan puasanya diniatkan bukan semata untuk dirinya sendiri, melainkan juga kepada pesantren dan para santri yang belajar di Banyuanyar.

 

Kepemimpinan dan keteladanan Kiai Isbat kemudian berlanjut dan diwariskan kepada gerenasi setelahnya. Mulai dari R KH Abd Hamid, R KH H Abd Majid, R KH Baidlawi, R KH Abd Hamid Baqir, hingga pada periode kepengasuhan sekarang di bawah pimpinan R KH Muhammad Syamsul Arifin.


Editor:

Madura Terbaru