• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Tapal Kuda

Anita Wahid: Sejarah Lengsernya Gus Dur Harus Diungkap

Anita Wahid: Sejarah Lengsernya Gus Dur Harus Diungkap
Suasana bedah buku Goro-goro Menjerat Gus Dur di Bondowoso. (Foto: NOJ/Ade N)
Suasana bedah buku Goro-goro Menjerat Gus Dur di Bondowoso. (Foto: NOJ/Ade N)

Bondowoso, NU Online Jatim

Cara berbeda dilakukan para santri dan pecinta KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di hari santri kali ini. Yang dilakukan dengan menggelar bedah buku yang dilaksanakan di halaman Pondok Pesantren Al-Utsmani, Bedian, Kecamatan Jambesari Kabupaten Bondowoso, Kamis (22/10/2020).

 

Acara hasil kerja sama Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) aA-Utsmani Bedian, Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Bondowoso dan  Komunitas Gusdurian. Dan kegiatan yang dilangsungkan secara online dan offline tersebut diikuti mahasiswa dan Nahdiyin sebagai bentuk rindu terhadap Gus Dur.

 

Putri ketiga Gus Dur, Anita Hayatunnufus Wahid atau Anita Wahid mengapresiasi terbitnya buku Goro-goro Menjerat Gus Dur. Setelah sebelumnya terbit buku yang menguak persekongkolan elit politik dalam menjatuhkan mendiang ayahnya dari kursi kepresidenan, yakni Menjerat Gus Dur karya Virdika Rizky.

 

"Ini bukan dendam. Tapi ini persoalan kebenaran sejarah, yang harus disampaikan pada bangsa ini. Banyak sekali fitnah, yang seakan-akan Gus Dur terlibat dalam berbagai kasus korupsi,"katanya.

 

Isi buku Goro-goro Menjerat Gus Dur menurutnya banyak memuat kekecewaan, kemarahan yang diekspresikan oleh mereka yang mencintai Gus Dur.

 

"Karena apa yang dituduhkan ke Gus Dur tidak benar," imbuhnya.

 

Menurutnya, Gus Dur adalah sosok yang selalu konsisten dalam memperjuangkan hak rakyat bawah dan sangat mendukung kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat. Bahkan hal tersebut telah menjadi ciri khasnya sebelum menjadi presiden.

 

"Gus Dur menempatkan rakyat tertindas untuk dibela dan diperjuangkan terlebih dahulu. Jadi tidak mungkin Gus Dur melakukan apa yang dituduhkan elit politik pada waktu itu. Sekarang terbukti dengan sendirinya," paparnya.

 

Sementara itu, salah seorang penulis sekaligus pemateri, H Syaeful Bahar menjelaskan bahwa Gus Dur adalah sosok yang seluruh hidupnya dihibahkan untuk Indonesia dan demokrasi. Bahkan dipilih sebagai presiden melalui proses yang paling demokratis.

 

"Namun justru dijatuhkan di tengah jalan oleh para pengkhianat yakni politisi culas. Itu berakibat pada demokratisasi di negeri ini. Dimana sampai saat ini belum berhasil mencapai satu titik konsolidasi demokrasi," paparnya.

 

Menurutnya, negeri ini masih cacat demokrasi. Alasannya, karena ada sebuah peristiwa di luar batas kenormalan. Di mana ketika negara menggunakan sistem presidensial dijatuhkan oleh DPR. Hal ini sebenarnya tidak akan terjadi.

 

"Tapi justru ini terjadi di Indonesia dengan muslihat politisi culas pada waktu itu melakukan Memorandum satu dan seterusnya,” katanya.

 

Menurutnya, pemakzulan tersebut didasari alasan bahwa Gus Dur terjerat dalam kasus Bruneigate dan Buloggate. Padahal sampai saat tak ada bukti konkrit.

“Dan pengadilan menyatakan Gus Dur tidak terlibat dalam dua kasus itu," tegas mantan aktivis tahun 90-an tersebut.

 

Dalam pandangannya, buku Goro-goro Menjerat Gus Dur merupakan bentuk kemarahan terhadap fitnah dan kejahatan politik yang ditujukan kepada Gus Dur.

 

"Melalui buku ini, ada tawa dan rindu juga pada sosok Gus Dur," imbuh Wakil Ketua Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur tersebut.

 

Bahkan selama ini, di beberapa buku sejarah ada pertanyaan Gus Dur dilengserkan oleh DPR dan MPR karena apa? Jawaban yang mengemuka karena kasus korupsi Bruneigate dan Buloggate. Padahal hal tersebut tidak benar.

 

“Maka sejarah itu perlu diluruskan," tegasnya.

 

Sedangkan pemateri lain yakni Ahmad Zainul Hamdi selaku editor, serta M Mas'ud Sa'id dan H Fawaizul Uman selaku penulis buku.

 

Editor: Syaifullah


Editor:

Tapal Kuda Terbaru