• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Ansor Jatim Soroti Kerusakan Lingkungan di Kawasan Perkotaan

Ansor Jatim Soroti Kerusakan Lingkungan di Kawasan Perkotaan
Webinar tentang lingkungan hidup yang digelar oleh Departemen Lingkungan Hidup PW GP Ansor Jawa Timur, Sabtu (27/03/2021). (Foto: NOJ/NF)
Webinar tentang lingkungan hidup yang digelar oleh Departemen Lingkungan Hidup PW GP Ansor Jawa Timur, Sabtu (27/03/2021). (Foto: NOJ/NF)

Surabaya, NU Online Jatim

Departemen Lingkungan Hidup Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur bekerjasama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) provinsi setempat menggelar webinar bertema “Ancaman Masyarakat Kota tanpa Etika Lingkungan Hidup”, Sabtu (27/03/2021).

 

Ketua PW GP Ansor Jatim Gus Syafiq Syauqi hadir memberikan sambutan dalam diskusi itu. Adapun pemateri diisi oleh aktivis GP Ansor yang juga Team Leader Program Kota Tanpa Kumuh Jatim, Abdus Salam, dan Wahyu Eka dari Walhi Jatim. Selain dari pengurus Ansor se Jatim dan Walhi, diskusi juga diikuti oleh perwakilan dari PMII, Pemuda Muhammadiyah, dan berbagai elemen peduli lingkungan lainnya.

 

Dalam sambutannya, Gus Syafiq berharap diskusi tersebut harus menjadi gagasan awal untuk melakukan gerakan kongkret dalam mengadvokasi masalah-masalah lingkungan hidup di perkotaan, terutama kebijakan dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan.

 

Sementara itu, Abdus Salam mengatakan bahwa masalah lingkungan hidup di perkotaan masih menjadi isu yang berkepanjangan, dan harus ada kesadaran kolektif untuk menjaga kelestariannya. Ia pun lantas menyoroti kebijakan pembangunan dan pengelolaan lingkungan permukiman di perkotaan.

 

“Pembangunan harus memikirkan kota masa depan atau berkelanjutan. Jangan sampai akibat pembangunan dan industrialisasi malah membunuh ekosistem lainnya. Hal yang harus dilakukan pemerintah adalah menata kota layak yang aman dan nyaman, kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana, kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi,” kata Salam.

 

Menurutnya, kebijakan dan aturan tegas perlu diterapkan kepada pelaku pembangunan, industri, maupun masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan mencegah terjadinya bencana dan kerusakan ekosistem.

 

Wahyu Eka menjelaskan, dampak dari pembangunan yang tidak berkelanjutan mengakibatkan masyarakat terganggu secara mental, mudah stress dan menurunnya kualitas hidup. Polusi telah memicu mood seseorang tidak bagus, memantik emosi marah, dan menimbulkan ketegangan, sehingga mengalami gangguan secara mental. Mereka akan cederung mudah marah, sedih, dan bahkan mendorong minimnya kepedulian antar sesama.

 

Tapi di sisi lain, lanjut Wahyu, kerusakan lingkungan akan memicu gerakan sadar lingkungan. Hal ini harus ditularkan lebih masif dan luas. Semisal, Ansor harus menularkan semangat kepedulian lingkungan dari wilayah, cabang hingga ranting, mendorong perubahan perilaku melalui pendidikan, khususnya pendidikan usia dini.

 

Wahtyu menuturkan, ada empat dimensi untuk mengatasi masalah lingkungan hidup, yaitu sosial, ekonomi, politik, dan psikologi. Sebab, lanjut dia, kerusakan lingkungan telah menyebabkan perubahan tatanan masyarakat, penciptaan kelas sosial, dan kekacauan sosial.

 

“Peran organisasi masyarakat sipil harus mendorong perubahan kebijakan sebagai kontrol pemerintah dan memberikan saran untuk kebijakan dan regulasi pro lingkungan. Seperti mendorong tata kelola sampah berbasis 3R di wilayah kampung, edukasi, dan fasilitas. Selain itu mendorong pemerintah untuk lebih aktif melibatkan pastisipasi masyarakat,” ujar Wahyu.

 

Selain itu, tambah Wahyu, perlu juga didorong adanya penyelesaian masalah ketimpangan ekonomi di perdesaan. “Mereka adalah masyarakat desa yang telah berkonversi menjadi pekerja non pertanian, karena aneka persoalan. Seperti alih fungsi lahan, perencanaan ruang yang kacau, ketimpangan lahan, tidak maksimalnya penguatan ekonomi lokal,” ucapnya.

 

Editor: Nur Faishal


Metropolis Terbaru