• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Opini

Bagaimana Memaknai Kebangkitan Kader NU?

Bagaimana Memaknai Kebangkitan Kader NU?
Kader NU memiliki kekhasan dibandingkan dengan lainnya. (Foto: BW)
Kader NU memiliki kekhasan dibandingkan dengan lainnya. (Foto: BW)

Oleh: Firdausi
 

Rasanya menjadi kader Nahdlatul Ulama tidak mudah. Memerlukan kesiapan dan kematangan spiritualitas kehambaan yang integral. Meski sejak lahir dibesarkan dari tradisi NU, ternyata berproses menuju Nahdliyin sejati sesulit menempuh jalan para wali. Sebab NU bukan saja mengajarkan nalar akidah atau teologis Asy'ariah, melainkan juga menancapkan falsafah kesederhanaan dan keluwesan dalam beragama, berbangsa, dan bernegara. Kesederhanaan adalah akhlak kenabian, moral ulama, dan tradisi etik NU. Wajar jika pesantren sebagai rahim NU menjadikan etika sebagai dasar awal dalam pembelajaran agama Islam.

 

Untuk menyambut masa kebangkitan NU atau dikenal dengan sebutan an-Nahdlah at-tsaniyah, para kader harus bangkit dan bisa menyikapi beragam tantangan yang muncul di tengah masyarakat, serta jangan pernah ragu mengurus organisasinya para wali dan ulama.

 

Saat ini sudah mendekati tanda-tanda kiamat, contohnya tahun lalu dihebohkan dengan kasus penculikan anak, dan tahun ini masyarakat digemparkan dengan kasus virus Corona. Dengan adanya fenomena tersebut, mestinya para kader NU saling bergandengan tangan untuk memutus mata rantai tersebut. Ikhtiar bisa dilakukan dengan memperbanyak bermujahadah demi menghindari marabahaya dan wabah penyakit mematikan.

 

Selain itu, kader NU harus bisa mengarahkan masyarakat untuk berpegang teguh kepada NU. Karena dari dulu NU menjadi solusi dari masalah dunia, bahkan sebagai risalah akhir zaman. Siapa yang berpegang teguh, maka akan selamat. Hal terpenting dari seorang kader adalah para kader mampu menjaga keluarganya sendiri agar amaliah dan fikrah NU tetap ada.

 

Para kader harus bisa menjawab argumen miring yang menyatakan NU sebagai organisasi politik. Luruskan dan katakanlah bahwa NU bukan menjadi peyangga elit kekuasaan dalam berbagai bentuknya. NU hadir untuk mendorong penguatan masyarakat secara sosial dalam kebangsaan. NU adalah kekuatan sekaligus pembela mashalihul am atau kepentingan publik. Karena itu sepanjang sejarah NU senantiasa disegani, dihormati, sekaligus diperhitungkan beragam negara.

 

Dengan demikian, profesionalisme kader adalah harapan bangsa dan negara dalam mengembangkan organisasi di masa yang akan datang. Profesional di sini bukan dalam arti pekerjaan, melainkan proses pengkhidmatan yang sesungguhnya. Sebab NU bukan tujuan atau maqasid, melainkan hanya media atau wasilah.

 

Kader profesional bukan berarti harus lahir dari dunia profesional. Kader profesional adalah kader yang lahir dan telah menempuh proses pematangan dalam perspektif ideologi NU. Setidaknya kader NU harus menggerakkan NU secara struktural dan kultural. Adapun ciri-ciri kader NU dalam berkhidmat di organisasi sebagaimana disampaikan Masmuni Mahatma;

 

Pertama, mereka adalah kader yang andal, yaitu memahami nilai dasar pergerakan NU, memiliki wawasan luas, dan memiliki komitmen kuat secara ideologis.

 

Kedua, adalah kader inspirator yang mampu memotivasi dan menggerakkan roda organisasi secara proporsional. Artinya, mereka harus memahami bahwa roda organisasi di NU seluruhnya mencitrakan kejernihan pikiran dan keutuhan moralitas ulama atau syuriyah.

 

Ketiga, kader profesional adalah mereka yang mampu menciptakan terobosan strategis progmatik demi kemandirian NU, bukan malah membawa memburu belas kasihan dari elit birokrat. Ini kecelakaan sosial, sebab disadari atau tidak, akan melahirkan benih ketergantungan dan ketidakenakan kelembagaan NU terhadap elit birokrat yang telah memberikan uluran tangan kepada kader.

 

Keempat, keder profesional NU adalah kader yang mampu mentrasformasikan anasir-anasir visioner secara integral. Di sini dibutuhkan pembekalan pemahaman kosmologis dan epistemologis ke-NU-an bagi mereka. Sebab seorang kader tidak cukup mempunyai militansi keorganisasian semata, melainkan harus ditopang pula oleh kecerdasan secara kosmologis agar bisa menaknai dan memberikan solusi terhadap benturan realitas sosial yang dihadapi oleh NU.

 

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa kader NU bukan kader kutu loncat struktur organisasi, sebagaimana kebanyakan kader politisi. Sejatinya mereka adalah kader yang sangat memahami kaidah dar'ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih di semua ruang publik demi membesarkan NU. Bukan malah mengerdilkan citra kesejarahannya.

 

Adalah Wakil Sekretaris Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Pragaan, Sumenep.
 


Editor:

Opini Terbaru