• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 16 April 2024

Rehat

Catatan Jelang 100 Hari Peringatan Wafatnya Gus Zaki

Catatan Jelang 100 Hari Peringatan Wafatnya Gus Zaki
Almaghfurlah KH Agus M Zaki Hadzik saat di Tanah Suci. (Foto: NOJ/Istimewa)
Almaghfurlah KH Agus M Zaki Hadzik saat di Tanah Suci. (Foto: NOJ/Istimewa)

Oleh: Mohamad Rohmatulloh 

 

Sosok KH Agus M Zaki Hadzik adalah pribadi humoris, grapyak semanak dan mudah akrab dengan siapa saja. Gus Zaki, panggilan akrab almarhum adalah putra ketiga dari pasangan KH Hadzik Mahbub dengan Nyai Hj Khadijah. Mantan Ketua Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Timur ini wafat Rabu (1/7/2020) malam.  

 

Betapa tidak, alumnus Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo tersebut tidak memilah dan tebang pilih dalam berkawan. Terbukti, sepulang dari Tanah Suci guna menunaikan ibadah haji tahun lalu, banyak tamu dari latar belakang yang berbeda menyambut riang gembira. Mulai dari pejabat, konglomerat hingga -mohon maaf- tukang becak turut serta hadir berharap doa mustajab. Maklum, masih membawa aroma Makkah.

 

Saya pun tak ketinggalan, hanya saja agak sedikit terlambat untuk sowan. Sengaja mencari lebih longgar agar bisa berbincang agak lama, lebih-lebih mengharap didoakan tanpa tergesa-gesa. Memang berniat sowan bersama istri, memilih waktu yang lebih lengang santai agar banyak mendapat nasihat, sebagai bekal pasangan muda mudi yang masih amatiran.

 

"Kok, kamu baru kemari, ditunggu-tunggu dari kemarin," sapanya sesaat setelah saya mengucapkan salam. Sejurus kemudian Gus Zaki memeluk. Tentu saja saya tidak ke-ge-er-an dengan menganggap tamu istimewa, memang sosoknya grapyak dan semanak. Sesuai dugaan, tidak ada tamu saat itu dan hanya kami berdua.

 

Selain memang ramah, humoris, dan supel, Gus Zaki adalah pribadi yang sangat ulet juga mandiri. Tapi tidak hanya Gus Zaki, kakaknya pun demikian. Kalau dulu Gus Ishom menjual hasil barang-barang yang diberikan para santri ketika sowan seperti rokok, gula, dan semisalnya. Barang-barang pemberian para santri ketika sudah terkumpul, kemudian dijual.

 

Demikian juga Gus Zaki remaja, menjual hasil kreativitasnya. Yang selalu digeluti adalah komputer. Menjual hasil perangkat lunak maupun keras kepada teman, selain melanjutkan warisan penerbitan rintisan sang kakak sebagaimana yang diketahui khalayak, yang menerbitkan karya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Penerbit Pustaka Warisan Islam, belakangan dijadikan bahan guyonan dengan pustaka warisan kakak.

 

Di penghujung usia, berkeinginan mendirikan pesantren sendiri. Gus Zaki memberikan nisbat nama pesantren kepada ibunda, Al-Chodidjah dengan mendesain kurikulum tradisional-salaf yang menyesuaikan zaman sekarang. Sekolah formal dibatasi sampai jam 12 siang, selanjutnya pendidikan diniyah. Mata pelajaran formal yang tidak dibutuhkan dalam keseharian atau tidak seirama dengan pesantren, diganti dengan nahwu-sharaf atau yang berbasis pesantren.

 

Praktis, suami Nyai Eka ini mengasuh dua pesantren sekaligus. Pertama Pesantren Al-Masruriyyah sebagai ‘warisan’, dan kedua adalah Al-Chodidjah yang didirikan sendiri. Bedanya, jika Pesantren Al-Masruriyyah mengikuti kurikulum Pesantren Tebuireng pusat, sedangkan Al-Chodidjah berdiri sendiri. Ini sebagai bukti bahwa Gus Zaki tidak berdiri pada kebesaran para leluhur, melainkan juga perjuangan usaha tenaga pikiran yang tidak mudah. Di sisi lain, ayah lima putra putri ini bebas mewujudkan gagasan terkait pendidikan.

 

Gus Zaki sangat mencintai pesantren. Kecintaan itu ditunjukkan dengan anggapan bahwa pesantren bukanlah lembaga pendidikan alternatif. Tetapi pesantren adalah lembaga pendidikan unggulan yang mampu melahirkan generasi yang cinta dan bertakwa kepada Allah dan memiliki kemampuan adaptif luar biasa. Semoga Allah menempatkan bersama para kekasih-Nya.

 

Adalah santri KH Agus M Zaki Hadzik


Editor:

Rehat Terbaru