• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Cegah Stunting untuk Lahirkan Generasi Unggul

Cegah Stunting untuk Lahirkan Generasi Unggul
Pencegahan stunting pada anak. (Foto: NOJ/dh)
Pencegahan stunting pada anak. (Foto: NOJ/dh)

Bojonegoro merupakan salah satu wilayah fokus penanganan stunting di Jawa Timur. Hal ini merujuk pada prevalensi stunting di Kabupaten Bojonegoro sebesar 34,9 persen lebih tinggi dari prevalensi nasional sebesar 32,7 persen. Terdapat banyak sekali indikator yang dapat mempengaruhi tingginya angka stunting di Kabupaten Bojonegoro.

 

Berdasarakan observasi yang telah dilaksanakan bekerjasama dengan Exxon Mobile Cepu Limited dalam penelitian terkait penanganan stunting di Kabupaten Bojonegoro ditemukan bahwa terdapat indikator yang kompleks mulai dari indikator ekonomi sampai indikator gaya hidup dan juga pola asuh orang tua yang dapat menyebabkan tingginya angka kasus stunting di Kabupaten Bojonegoro. 

 

Kompleksitas indikator yang menyebabkan tingginya angka stunting di Kabupaten Bojonegoro rata-rata merujuk pada kondisi gizi dari balita stunting. Sehingga fenomena stunting tersebut erat kaitanya dengan kondisi gizi yang tidak bermutu atau tidak seimbang bagi balita-balita yang ada. Memperingati hari gizi tanggal 25 Januari 2021 kali ini saya akan mengulas terkait dengan kurangnya mutu gizi yang diberikan oleh orang tua bagi balitanya sehingga menyebabkan terjadinya fenomena stunting. 

 

Mengejutkan sekali, ketika fenomena stunting yang terjadi tidak hanya pada golongan keluarga tidak mampu namun juga terjadi pada golongan keluarga menengan ke atas. Hal ini sesuai dengan hasil temuan dalam Forum Group Discussion (FGD) dan audiensi dengan pihak yang terkait bahwasanya indikator stunting kebanyakan merujuk pada pola asuh orang tua yang mayoritas sebagai pekerja dan kurangnya perhatian terhadap anak-anaknya sehingga gizi yang terserap terkadang tidak terkontrol. Dan hal ini biasanya terjadi pada keluarga dari golongan menengah ke atas sehingga kasus stunting terjadi pada anak-anak mereka.

 

Tidak hanya itu, kondisi stunting juga erat kaitannya dengan pemahaman pasangan orang tua muda yang tidak memperhatikan gizi selama proses kehamilan hingga anak tersebut lahir menjadi anak yang stunting. Kebanyakan mereka hanya fokus pada keinginan dan anggapan yang penting makan tanpa memperhatikan proporsi gizi yang seimbang dan bermutu. Tentu saja berbeda kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh ibu Hamil dan juga balita. Sehingga pengetahuan seperti ini harus diberikan dan perlu adanya pendekatan secara khusus agar tidak terjadi fenomena balita stunting. 

 

Gizi yang seimbang dan bermutu dapat berupa asupan makanan 4 sehat 5 sempurna yang harus dikonsumsi oleh Ibu Hamil dan juga balita. Bukan hanya sajian instan dan makanan-makanan cepat saji saja yang diberikan. Tidak hanya itu, ibu-ibu muda sekarang juga enggan untuk berjuang memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dengan berbagai macam alasan. Padahal ASI ekskusif merupakan gizi super pertama yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak dari ibunya. Sehingga kondisi inilah yang menyebabkan gizi seimbang dan bermutu menjadi peran yang sangat penting bagi pencegahan fenomena stunting pada balita. 

 

Peran Dinas Kesehatan melalui para bidan dan kader Posyandu serta masyarakat untuk memberikan pendekatan bagi ibu-ibu muda dari berbagai golongan dapat menambah pengetahuan. Sehingga ibu-ibu hamil dan balita rutin untuk datang ke posyandu dan paham terkait perkembangan kesehatanya. Peran Kantor Urusan Agama (KUA) dan badan otonom keagamaan seperti halnya Fatayat NU  juga tidak kalah penting yaitu memberikan siraman rohani terkait pentingnya kecukupan gizi pada ibu hamil dan balita.

 

Gizi seimbang dan bermutu adalah awal keseimbangan kesehatan yang harus terpenuhi bagi ibu hamil serta balita. Pencegahan fenomena stunting dapat dilakukan dengan pemenuhan 4 sehat 5 sempurna, pemberian ASI eksklusif dan juga perhatian yang lebih. Sehingga anak-anak tersebut mampu menjadi generasi yang unggul, cerdas dan sholeh sholehah.

 

Ifa Khoiria Ningrum adalah Ketua Pimpinan Cabang Fatayat NU Kabupaten Bojonegoro.


Opini Terbaru