• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Malang Raya

Cerita Zainuddin, dari Aktivis PMII hingga Jadi Rektor

Cerita Zainuddin, dari Aktivis PMII hingga Jadi Rektor
Prof H M Zainuddin, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (Foto: NOJ/Moch Miftachur Rizki).
Prof H M Zainuddin, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (Foto: NOJ/Moch Miftachur Rizki).

Malang, NU Online Jatim

H M Zainuddin baru saja dilantik sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2021-2025. Prof Zainuddin, sapaan akrabnya, dikenal sebagai sosok yang sederhana dan humanis.

 

Ia menceritakan, bahwa dirinya memulai pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Falah Cangakan Kanor Bojonegoro tahun 1970-an. Kemudian melanjutkan di Madrasah Muallimin Islam Attanwir Talun Sumberjo Bojonegoro.

 

“Baru setelah itu saya melanjutkan belajar sekaligus nyantri di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang hingga lulus pada tahun 1979,” katanya saat ditemui NU Online Jatim, Sabtu (31/07/2021) lalu.

 

Ketua Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Sunan Ampel Malang ini melanjutkan, setelah itu ia belajar di IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1979 di Fakultas Adab dengan mengambil program lama yakni Bachelor of Art (BA). Namun, untuk meraih gelar sarjana, pihaknya kuliah lagi dengan mengambil jurusan Sejarah Kebudayaan Islam dan lulus tahun 1986.

 

“Setelah lulus saat itu saya sangat berkeinginan untuk mengajar sebagai dosen. Karena di Jogja terlalu kompetitif, saya pun melamar di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang dan Universitas Islam Malang (Unisma). Dan diterima di Unisma pada tahun 1988,” imbuhnya.

 

Pihaknya mengaku, pada saat itu dirinya ditempatkan di Gondanglegi Malang Fakultas Syariah yang saat ini menjadi IAI Al Qolam. Kemudian, dua tahun berikutnya baru ditarik ke Fakultas Tarbiyah Unisma pusat.

 

“Hingga beberapa bulan berikutnya, saya dipercaya untuk menjadi Wakil Dekan 3 dan 1 di waktu yang berbeda,” kenangnya.

 

Prof Zainuddin menyampaikan, bahwa pada tahun 1990 dirinya melanjutkan belajar S-2 di Jogja kembali. Hingga kemudian ditugaskan oleh kampus mengajar di IAIN Palembang selama 1 tahun dan diangkat sebagai pegawai negeri.

 

Dikisahkan Prof Zainuddin, di Palembang dirinya hanya bertahan satu tahun karena setelahnya diminta KH Tholhah Hasan (Rektor Unisma kala itu) untuk kembali ke Malang. Saat itu, dirinya mengajar di Unisma dan UIN Malang yang kala itu masih bernama STAIN.

 

“Di sini (UIN Malang) pada waktu itu saya dipercaya sebagai ketua penerbitan hingga beberapa tahun. Hingga kemudian saya dipercaya sebagai Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), lalu berlanjut sebagai Dekan. Tidak berhenti di situ, lantas saya dipercaya sebagai Wakil Rektor 1 selama dua periode. Hingga akhirnya pada saat ini saya dilantik sebagai Rektor,” jelasnya.

 

Aktivis PMII

Prof Zainuddin merupakan aktivis PMII di masanya yang dikenal sebagai sosok yang sederhana. Ia mengaku aktif di PMII saat berada di Jogja meninggalkan kisah yang mengesankan.

 

“Pada saat itu saya pernah mengikuti Latihan Kader Menengah (LKM) yang saat itu narasumbernya Mahbub Djunaidi, Slamet Effendy, dan tokoh-tokoh lainnya,” terangnya.

 

Menurutnya, PMII di Jogja kala itu sangat progresif dan dinamis. Sehingga penempaan di organisasi PMII sangat bermanfaat bagi kehidupan kader ke depan. Hal tersebut dapat dilihat dari akademiknya, relasi sosial, kompetensi sosial, leadership, manajemen, dan problem solving yang dikuasai oleh kader PMII.

  

Kepada santri dan kader PMII, Prof Zainuddin pun berpesan, agar terus belajar mengikuti perkembangan zaman. Sebab, menurutnya santri sangat memiliki modal untuk itu, mulai dari keuletan, kemandirian, serta ketangguhan selama jadi santri.

 

“Zaman akan terus berubah, saya harap santri dan kader PMII terus belajar menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Tentunya, saya tidak ingin mereka hanya kumpul di Syariah dan Tarbiyah, harus menguasai Kedokteran, Saintek, dan yang lainnya,” ujarnya.

 

Ia juga akan mengupayakan, program ke depan di kampus yang dipimpinnya agar masuk dalam World University Ranking.

 

 

“Ini sesuai dengan road map yang dirancang, yakni International recognition and Reputation atau Pengakuan dan Reputasi Secara Internasional. Sehingga nantinya akan masuk pada World University Ranking yang kita targetkan pada 2030,” pungkasnya.

 

Editor: A Habiburrahman


Malang Raya Terbaru