• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Malang Raya

Covid-19 Melandai, Nahdliyin Diminta Waspadai Lonjakan Gelombang Tiga

Covid-19 Melandai, Nahdliyin Diminta Waspadai Lonjakan Gelombang Tiga
Ketua Satgas Covid-19 NU Malang Raya, dr Syifa Mustika. (Foto: NOJ/ Madchan Jazuli)
Ketua Satgas Covid-19 NU Malang Raya, dr Syifa Mustika. (Foto: NOJ/ Madchan Jazuli)

Malang, NU Online Jatim

Kasus aktif Cocid-19 di Jawa Timur mulai melandai, termasuk di Kota Malang. Sebagaimana dilansir dari website resmi Rumah Sakit Ijen Boulevard, tercatat kasus aktif saat tinggal tiga pasien. Namun, Nahdliyin tetap harus mewaspadai gelombang ketiga pandemi.

 

Ketua Satgas Covid-19 NU Malang Raya, dr Syifa Mustika meminta Nahdliyin mewaspadai adanya threewave (gelombang tiga) pandemi. Untuk itu, perlu  dilakukan antisipasi dengan tetap menjaga herd immunity melalui vaksinasi.

 

"Jangan sampai kita euforia, vaksinasi tetap berjalan, prokes tetap digerakkan, dan berhati-hati. Karena diprediksi akhir tahun akan ada lonjakan," katanya saat dihubungi NU Online Jatim melalui sambungan telepon, Senin (25/10).

 

Dokter kelahiran Banyuwangi tahun 1978 itu mengungkapkan, sejauh ini angka persebaran Covid-19 memang menurun, tinggal satu atau dua pasien. Kebanyakan pasien tersebut dengan komorbid dan belum divaksin.

 

“Seperti orang mengidap gagal ginjal, stroke, orang sakit tumor, HIV lalu terpapar Covid-19 yang kemungkinan belum vaksin,” ungkapnya.

 

Dirinya berharap, pemahaman awam masyarakat harus diubah dari 'saya tidak vaksin karena punya komorbid' ke 'saya harus konsultasi sebelum vaksin karena mempunyai komorbid'.

 

"Orang dengan komorbid merupakan populasi yang harus kita segerakan untuk vaksinasi supaya terlindungi," kata dr Syifa.

 

"Silahkan berkonsultasi dengan dokter. Jangan karena komorbid menjadi penghalang untuk tidak vaksin. Justru orang-orang dengan komorbid itu adalah orang yang harus dilindungi dengan vaksinasi," terangnya.

 

Pihaknya juga memberi semangat kepada tenaga kesehatan (nakes) yang telah bekerja keras selama dua tahun terakhir. Yakni dengan mengorbankan jiwa, raga, bahkan nyawanya di garda terdepan dalam penanganan Covid-19.

 

"Sebagai dokter, kita tetap harus memberikan bakti terbaik untuk bangsa dan negara," jelas dokter penulis buku 'New Normal Life' itu.

 

Soal isu yang berkembang terkait peralihan dari pandemi ke endemi, dirinya belum sepenuh sepakat. Karena menurutnya, definisi pandemi ialah suatu wabah yang berdampak di mana saja di seluruh dunia. Sehingga WHO di bulan April menyebutkan Covid-19 ini pandemi. "Untuk merubah menjadi endemi, itu bukanlah hal yang mudah," katanya.

 

Menurutnya, di belahan negara yang lain belum ada Covid-19 menjadi endemi. Maka dari itu, sebaiknya tetap wait and see, karena menjadi endemi tidak enak. Sama halnya Indonesia menjadi endemi untuk beberapa penyakit infeksi, seperti demam berdarah yang terus ada sepanjang tahun.

 

Sementara untuk Covid-19, perempuan yang baru meluncurkan buku 'Kupas Tuntas Vaksinasi Covid-19' itu berpendapat untuk tidak disebut sebagai endemi. Sebab harus melihat situasi di seluruh dunia terlebih dahulu, serta sambil menunggu dengan prokes.

 

"Justru saya berharap Covid-19 bisa selesai, kembali normal sama seperti negara-negara lain," pungkasnya.


Malang Raya Terbaru