• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

Di Jatim Ada 8 Kabupaten Rawan Gempa 8.2 Berpotensi Tsunami Tinggi

Di Jatim Ada 8 Kabupaten Rawan Gempa 8.2 Berpotensi Tsunami Tinggi
Lokasi korban gempa di Kabupaten Malang beberapa waktu lalu. (Foto: NOJ/ Miftchur Rizki).
Lokasi korban gempa di Kabupaten Malang beberapa waktu lalu. (Foto: NOJ/ Miftchur Rizki).

Surabaya, NU Online Jatim

Gempa bumi berpotensi tsunami tinggi disebut rawan terjadi di delapan Kabupaten di Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim kini mulai mengambil langkah sosialisasi kepada warga yang berada di kawasan megathrust.

 

Delapan 8 kabupaten rawan tsunami dengan risiko tinggi adalah di Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan Pacitan.

 

"Jadi di Selatan Jawa Timur itu ada 8 kabupaten berdasarkan banyak kajian dari BMKG, BNPB. Selatan Jatim itu zona rawan bencana tsunami kategori tinggi, termasuk itu rawan daerah bencana gempa bumi tinggi," ujar Yanuar Rachmadi, Plt Kalaksa BPBD Jatim dilansir detik.com, Kamis (3/6/2021).

 

Menurut Yanuar, ketinggian tsunami di garis pantai bisa mencapai 11-15 meter bila terjadi gempa berkekuatan mencapai magnitudo 8,2 di 8 kabupaten tersebut.

 

"Tsunami akan datang 25 sampai 29 menit sejak gempa pertama. Jadi terjadi perbedaan permukaan deformasi. Air sampai ke darat berdasar aplikasi inaris, simulasi itu bisa sampai 3 KM masuk ke darat. Tapi berdasar histrois dari Banyuwangi 1994 lalu, air masuk ke darat 800 meter sampe 1 KM. Sampai ke daratan tingginya tentu turun, topografi wilayah juga tentu berpengaruh," ungkapnya.

 

Yanuar mengaku, saat ini pihaknya telah mengambil langkah sebagai upaya menyikapi potensi bencana tersebut. Di antaranya sosialisasi kepada warga yang berada di kawasan megathrust.

 

Sosialisasi itu mengajak masyarakat untuk mengetahui risiko bencana di sekitarnya. Kemudian, melakukan simulasi evakuasi bencana.

  

"Simulasi terus dilakukan, kita juga memasang rambu-rambu di tempat-tempat yang rawan. Di pantai-pantai Selatan. Kita juga sejak 2019 lalu terus menggencarkan Destana (Desa Tangguh Bencana). Masyarakat juga diminta menggunakan kearifan lokal masing-masing untuk mengetahui bencana itu terjadi. Semisal gempa, bisa pakai kaleng ditumpuk, ketika gempa, kaleng otomatis jatuh, dan mereka tanggap bahwa sedang terjadi gempa bumi dan segera menyelamatkan diri," pungkas Yanuar.


Editor:

Metropolis Terbaru