• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Nusiana

Gasab Sandal Gus Dur, Siapa Takut?

Gasab Sandal Gus Dur, Siapa Takut?
Rasa hormat santri kepada tamu kiai dengan menata sandal tamu dan jamaah. (Foto: NOJ/pkk)
Rasa hormat santri kepada tamu kiai dengan menata sandal tamu dan jamaah. (Foto: NOJ/pkk)

Ini kisah mendekati Pemilu 1999. Saat itu KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur melakukan safari, atau dalam istilah santri, sowan ke kiai-kiai khas. 


Tersebutlah, kiai karismatik Majenang, Kabupaten Cilacap, KH Najmudin, Pengasuh Pondok Pesantren El Bayan. KH Najmudin atau panggilan akrabnya, Mbah Naj, memiliki ratusan santri baik putra maupun putri.
Sosok Mbah Naj, masa itu, adalah pengejawantahan Nadhlidiyin, sekaligus merepresentasikan kekuatan politik Islam. Keilmuannya, amat mumpuni. Mulai dari fikih, hingga ilmu karomah. Tak aneh, jika Gus Dur pun takzim dan sowan kepada kiai sepuh ini.


Singkat cerita, tibalah rombongan Gus Dur di rumah Mbah Naj. Lantas, layaknya tamu, mereka pun dijamu dan berbincang santai dengan seluruh anggota rombongan. Perihal maksud dan tujuan Gus Dur sowan kepada Mbah Naj, seperti kebiasaan para kiai, hanya diketahui oleh dua ulama besar ini, empat mata.
Usai sowan, rombongan Gus Dur kala itu hendak shalat berjamaah di masjid pesantren yang letaknya berhadapan dengan dalem Mbah Naj. 

 

Celaka, sandal Gus Dur tinggal satu. Pasangannya, hilang. Pengikut Gus Dur, santri, dan pengurus pondok pun mencari ke berbagai penjuru. Namun, satu sandal itu tak ditemukan.

 

Maka dengan kerelaan hati, Gus Dur meminjam sandal yang tersedia di halaman. Ia paham, tabiat santri yang suka meminjam tanpa bilang-bilang (gasab).

 

"Gus Dur sangat paham dengan dunia santri. Beliau meyakini, bahwa santri yang mengambil itu tak berniat mencuri. Si santri hanya ingin karomah Gus Dur," tutur Lurah Pondok El Bayan Majenang, Muhammad Ajid.

 

Dengan kerelaan hati pula, Gus Dur, ketika berpamitan, meninggalkan satu sandalnya yang tertinggal. Oleh karena itu, si santri pun gembira bukan kepalang karena ia memperoleh sepasang sandal Gus Dur.

 

Tapi ya jangan begini juga cara memperoleh berkah, he he
 


Editor:

Nusiana Terbaru