• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 16 April 2024

Metropolis

Gerhana Matahari Cincin akan Terjadi Kamis

Gerhana Matahari Cincin akan Terjadi Kamis
Gerhana Matahari Cincin tidak dapat disaksikan di Indonesia. (Foto: NOJ/
Gerhana Matahari Cincin tidak dapat disaksikan di Indonesia. (Foto: NOJ/

Surabaya, NU Online Jatim
Warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) harus mengetahui bahwa akan terjadi Gerhana Matahari Cincin atau GMC. Mengapa peristiwa alam tersebut dapat terjadi?

 

GMC bakal terjadi pekan depan, yakni pada Kamis (10/06/2021). Dalam catatan sejumlah ahli, pada hari itu bulan berada berada sangat jauh dari bumi kemudian akan menutupi matahari sepenuhnya untuk menghasilkan gerhana matahari pertama tahun ini. Saat bulan menutupi matahari dilihat dari bumi, tepi lingkaran luar Matahari masih terlihat. Bagian itu yang sering disebut 'ring of fire' atau cincin api.

 

Pada dasarnya cincin api adalah bagian dari gerhana sebagian dan perlu pelindung mata untuk menyaksikannya. Melihat fenomena langit ini dengan tanpa pelindung akan menyebabkan kerusakan mata.
GMC akan berlangsung sekitar 100 menit, dimulai saat matahari terbit di Ontario, Kanada (di sisi utara danau Superior). Kemudian proses gerhana melintasi bagian utara bumi.

 

Di tengah jalan, puncak gerhana terjadi pada siang hari setempat di utara Greenland. Setelah itu jalur gerhana cincin memapar kutub utara bumi, lalu berakhir saat matahari terbenam di timur laut Siberia.
Sedangkan tahap tengah atau 'cincin api', akan berlangsung maksimal 3 menit 51 detik.

 

Di luar jalur itu, gerhana sebagian akan terlihat oleh orang-orang di berbagai penjuru bumi. Itu termasuk utara Kanada dan Alaska. Sementara di Amerika Serikat, gerhana sebagian akan terlihat dari utara Midwest dan di sepanjang Pantai Timur (kecuali Florida).

 

Menurut Earth Sky, orang Eropa dapat menyaksikan gerhana sebagian dari awal hingga akhir. Artinya, itu akan terjadi tengah hari pada 10 Juni. Misalnya, dari Oslo, Norwegia, gerhana akan berlangsung selama 2 jam 26 menit, dengan magnitudo maksimum gerhana hanya sedikit di atas 0,40.

 

Sedangkan di Asia, gerhana sebagian akan terjadi sore hari pada 10 Juni. Dari Beijing, Cina, gerhana akan terlihat sekitar 12 menit sebelum matahari terbenam. Magnitudo gerhana maksimum 0,08 (8%) akan terjadi tepat saat matahari terbenam 10 Juni.

 

Bagaimana dengan Indonesia? 
Peneliti Pusat Antariksa (Pusainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emmanuel Sungging menjelaskan terkait fenomena GMC ini. Ia mengatakan, fenomena yang terjadi beberapa hari mendatang tidak bisa diamati dari wilayah Indonesia. 

 

"Tidak bisa (diamati di wilayah Indonesia). Hanya bisa dinikmati dari wilayah kutub utara," kata Sungging sebagaimana dilansir Kompas.com.

 

Andi mengatakan, Indonesia tidak terkena bayangan penumbra bulan sehingga bulan tidak akan menutupi matahari. "Sehingga, matahari akan terlihat sebagaimana biasanya ketika tidak terjadi gerhana," kata dia.

 

Dirinya menjelaskan, di dalam astronomi ada elongasi atau separasi (sudut pisah). Jika mengalami gerhana matahari sebagian, elongasi antara bulan dan matahari akan lebih kecil dibandingkan jumlah dari jari-jari sudut matahari dan jari-jari sudut bulan. Lalu, jika mengalami GMC, jari-jari sudut bulan yang tampak dari pengamat di bumi akan lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari sudut matahari. 

 

"Hal ini dikarenakan bayangan inti bulan (disebut juga umbra) tidak mencapai permukaan bumi, sehingga yang sampai ke permukaan bumi adalah bayangan yang arahnya berlawanan dengan umbra, disebut juga anti-umbra atau antumbra," ujar Andi.

 

Peristiwa gerhana matahari kedua akan terjadi pada 4 Desember 2021, dengan terjadinya gerhana matahari total. Fenomena bulan sepenuhnya menghalangi matahari dan memberi bayangan di atas bumi ini bisa disaksikan di wilayah Amerika Selatan, Pasifik, Atlantik, serta sebagian Samudra Hindia dan Antartika. Sementara itu, GMC yang akan kembali teramati di Indonesia kemungkinan terjadi pada tahun 2023.


Editor:

Metropolis Terbaru