• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Rehat

Guru Besar UINSA Ini Berkenan Hadir di Kantor MWCNU

Guru Besar UINSA Ini Berkenan Hadir di Kantor MWCNU
Meski disambut dengan suasana kantor yang sederhana, Prof KH Abd A'la Basyir (kanan) tetap semangat. (Foto: NOJ/Firdausi)
Meski disambut dengan suasana kantor yang sederhana, Prof KH Abd A'la Basyir (kanan) tetap semangat. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Ada pemandangan yang berbeda pada kegiatan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (KPNU) di kantor Mejelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Guluk-guluk, Sumenep, Sabtu (12/9).  

 

Tidak hanya Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), KH Panji Taufiq yang berkenan hadir, tampak pula Prof Dr KH Abd A’la Basyir.

 

Padahal Prof A’la adalah Guru Besar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dan mantan rektor di kampus tersebut. Juga termasuk dewan masyayikh Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk.

 

Salah seorang peserta PKNU berbisik menyaksikan kejadian langka tersebut. Pada saat yang sama, Kiai A’la yang juga sebagai Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tidak terlampau memperhatikannya. Dirinya fokus memberikan semangat kepada peserta.  

 

"Ingat, KPNU jangan sampai memberikan contoh yang jelek kepada masyarakat," pintanya.  

 

Selanjutnya dikemukakan bahwa inti dari PKPNU adalah mendidik kader agar hebat dalam berkarakter, berilmu, ekonomi, berjejaring dan berbudaya. Bahkan bermitra dengan pemerintah sekali pun tidak dilarang asal kritis.

 

Di hadapannya ada sejumlah asbak, kendati bukan termasuk kiai perokok. Demikian pula kudapan khas orang desa beralaskan daun yang belum sempat dibersihkan panitia. Namun hal itu tidak menyurutkannya untuk memberikan semangat.       

 

Suami dari Nihayatus Sa’adah ini memang berbeda dengan kalangan kebanyakan. Tempaan saat di pondok membuatnya mudah bergaul dan tidak suka dengan aturan birokrasi yang ketat apalagi kaku. Kendati demikian, sangat memegang tradisi pesantren dan kebiasaan warga Madura yang rendah hati dan takdzim.


Editor:

Rehat Terbaru