• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Malang Raya

Gus Taj Yasin Berikan Kopiahnya ke Santri, Sebab Ini

Gus Taj Yasin Berikan Kopiahnya ke Santri, Sebab Ini
Gus Yasin mengapresiasi hasil karya santri PPMH Gading, Malang. (Foto: Istimewa).
Gus Yasin mengapresiasi hasil karya santri PPMH Gading, Malang. (Foto: Istimewa).

Malang, NU Online Jatim

Mungkin gambar sketsa terlihat sepele. Tapi tidak bagi salah satu santri Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Gading Kota Malang ini. Bahkan, hasil sketsa digitalnya membuat Gus Taj Yasin Maimoen Zubair mengapresiasi hingga memberikan kopiah yang dipakainya kepada. M Nur Yazid Busthomi, pembuat sketsa tersebut.

 

Dalam lawatannya ke Kota Malang, putra Almaghfurlah KH Maimoen Zubair tersebut mengisi sebuah Seminar 'Optimalisasi Media Sosial di Pondok Pesantren'. Di akhir sesi pemberian cinderamata dari Gus Fuad bin Abdurrahim Yahya ke Gus Taj Yasin. Tiba-tiba Wakil Gubernur Jawa Tengah itu melihat dengan seksama cinderamata yang berupa gambar dirinya dibuat sketsa.

 

"Ini yang gambar siapa?," tanya Gus Yasin kepada seluruh audien di Masjid Baiturrahman PPMH Gading, Kamis, (18/11/2021).

 

Salah satu panitia menajwab nama satu santri. Kemudian Gus Yasin meminta santri yang disebutkan namanya oleh panitia untuk naik ke atas panggung. Terjadilah perbincangan antara Gus Yasin dengan santri tersebut.

 

"Siapa mas namanya?," tanya Gus Yasin.

 

"Tomi. M Nur Yazid Busthomi," jawab Tomi di hadapan Gus Yasin.

 

"Dari mana asalnya dan berapa hari pengerjaannya (sketsa Gus Yasin)?," tanya Gus Yasin lagi.

 

"(dari) Sidoarjo. (pengerjaan) dari pagi, dan sore," jawab Thomi.

 

Selanjutnya, Gus Taj Yasin mengungkapkan, bahwa karya seseorang bisa menjadi sebuah bahan. Dengan media digital bisa digunakan secara perlahan disusupi sebagai media dakwah.

 

"Ini karya, bisa menjadi media dakwah sebenarnya. Orang menerima ini, bagian dari bermedia sosial, bisa dibikin video disebarkan. Ketika sudah banyak yang mengikuti, ilmu agama sedikit dimasukkan," jelasnya.

 

"Matur suwun (terima kasih) mas Tomi, foto bareng yuk," pinta Gus Yasin.

 

Foto bersama selesai antara Gus Yasin dengan Tomi bersama Gawagis pondok. Kemudian Gus yasin bergegas meninggalkan panggung, kemudian agak maju ke depan panggung mencopot kopiah yang dipakainya.

 

"Ini hadiah untuk Mas Tomi, dipakai buat jamaah ya," pesan Gus Yasin.

 

Sontak seisi ruangan masjid penuh riuh, ada yang mengatakan 'masyaallah tabarakallah'. Sebagian lainnya menyampaikan kalimat 'Shallallahu 'ala Muhammad'.

 

Sementara Gus Yasin kemudian meninggalkan panggung tanpa berkopiah. 

 

Tomi mengaku tidak menyangka dengan apresiasi yang didapatkan sebanyak dua kali. Pertama disuruh maju ke atas panggung, foto bersama, bersalaman dan kedua mendapat kopiah dari Gus Yasin.

 

"Tidak ada isyaroh, seperti garap biasanya. Tetapi sempat terbesit, bagaimana ya kalau ditanya beliau, dan seterusnya. Lha kok ternyata menajdi kenyataan," ungkap Tomi.

 

Santri yang juga mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ini mengerjakan dua sketsanya pada pukul 08.00-09.00 pagi serta 13.30 hingga 16.00. Gambar dari Gus Yasin dan salah satu pemateri, Ketua STAI Tanbihul Ghafilin.

 

Menurut Tomi, dirinya suka menggambar sejak kecil. Mulai menekuni sketsa saat semester awal berangkat dari tugas mata kuliah.

 

Setelah itu, mulai ada temannya yang pesan untuk dibuatkan sketsa. "Ada teman yang minta dikerjakan, kok bagus. Sehingga dia menyarankan untuk memasang harga. Sketsa ini saya niati untuk objek belajar melalui wajah sketsa orang-orang yang pesan," ungkap santri alumni An Nur Bululawang Kabupaten Malang tersebut.

 

 

Ia berpesan kepada para santri untuk terus berkarya dengan kreatif. Baik yang suka di bidang gambar, desain grafis atau videografi. Kendati menekuni grafis, bisa menjadi media dakwah yang bisa menjangkau sasaran tidak terjangkau ulama atau ustadz.

 

"Tetap menyisipkan nilai-nilai apa yang diperoleh santri dari pondok dalam karya-karya kita," pungkasnya.


Editor:

Malang Raya Terbaru