• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Opini

Hadiah bagi Orang Tua yang Kehilangan Anak

Hadiah bagi Orang Tua yang Kehilangan Anak
Anak menjadi wasilah bagi orang tuanya masuk surga. (Foto: NOJ/CKs)
Anak menjadi wasilah bagi orang tuanya masuk surga. (Foto: NOJ/CKs)

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat story Whatsapp teman yang sedang bersedih karena keponakannya baru saja meninggal. Melihat itu entah kenapa saya juga ikut merasakan kesedihan mendalam. Mungkin saja karena yang meninggal adalah seorang bayi kecil yang belum lama dilahirkan oleh ibunya. Saya kemudian membayangkan betapa pedih perasaan kedua orang tuanya.

 

Anak adalah anugerah yang sangat dirindukan setiap pasangan yang telah menikah. Kehadirannya memberikan kebahagiaan tidak terkira. Tapi kehilangan seorang anak juga memberikan dampak kesedihan tak terperi, apalagi anak tersebut masih bayi mungil yang kehadirannya telah ditunggu-tunggu selama sembilan bulan.

 

Bisa dimaklumi jika banyak orang tua jatuh dalam kesedihan jika mengalami kejadian seperti ini. Tapi yang perlu dijaga adalah jangan sampai merasa diperlakukan tidak adil oleh Sang Pencipta karena kehilangan orang yang sangat dicintai. Untuk mengurangi kesedihan yang berlebihan itu kita bisa memulai dengan memahami bahwa semua yang terjadi di dunia adalah takdir dari Allah SWT, dan semua yang telah ditakdirkan-Nya pasti memiliki hikmah dan tujuan baik.

 

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali memberikan penjelasan sangat menarik tentang hikmah ketika dianugerahi anak. Salah satu hikmahnya adalah ketika anak tersebut meninggal pada usia belum dewasa, maka ia akan memberikan syafaat kepada orang tuanya kelak di akhirat. Keterangan tersebut didasarkan pada beberapa hadits yang dikutip di Ihya Ulumuddin, Dar Ibnu Hazam halaman 461 hingga 462.

 

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah bersabda: Sesungguhnya anak-anak itu menarik kedua orang tuanya ke surga. Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah RA Rasulullah bersabda: Anak itu menarik pakaian orang tuanya seperti aku menarik pakaianmu sekarang. Rasulullah juga pernah bersabda: Sesungguhnya anak itu, dikatakan kepadanya: Masuklah ke surga. Kemudian sang anak berdiri di depan pintu surga dengan penuh kekesalan dan kemarahan, kemudian berkata: Aku tidak akan masuk surga, kecuali bersama dengan orang tuaku. Lalu ada suara yang mengatakan: Masukkanlah kedua orang tuanya bersama dia ke surga.

 

Pada riwayat lain diceritakan: Sesungguhnya anak-anak kecil itu berkumpul di sebuah tempat yang diciptakan untuk melakukan hisab (segala amal perbuatannya semasa di dunia). Kemudian ada yang mengatakan kepada malaikat: Pergilah bersama anak-anak itu ke surga. Kemudian mereka berhenti di depan pintu surga, dan dikatakan: Selamat datang para keturunan muslimin, masuklah. Tidak ada hisab untuk kalian. Kemudian anak-anak bertanya: Di manakah kedua orang tua kami? Maka para malaikat pengawal menjawab: Sesungguhnya bapak dan ibu kalian tidak seperti kalian, mereka mempunyai dosa dan kesalahan. Mereka akan dihisab dan dituntut atas segala kesalahan itu. Kemudian Rasulullah bersabda: Anak-anak itu berteriak dan menggoncangkan pintu-pintu surga. Maka Allah SWT berfirman (sebenarnya Allah SWT Maha Mengetahui keadaan anak-anak itu): Goncangan apakah ini? Lalu para pengawal menjawab: Wahai Tuhan kami, anak-anak orang Islam itu berkata: Kami tidak mau masuk surga kecuali bersama orang tua kami. Maka Allah SWT berfirman: Biarkanlah semuanya. Bawalah, bawalah orang tua mereka, lalu masukkanlah mereka semua ke dalam surga.

 

Dari beberapa hadits tersebut, kita bisa memahami bahwa di balik kesedihan yang dialami oleh orang tua yang kehilangan anaknya, ada suatu hadiah yang luar biasa besar dan indah yaitu surga. Allah akan memberikan hadiah itu kepada siapa saja yang kehilangan anaknya, karena Dia pasti Maha Mengetahui bahwa kehilangan anak adalah peristiwa sangat berat dan membawa kepedihan nan dalam. Oleh karena itu, Allah seperti memberikan obat pelipur lara bagi para orang tua dengan mengabarkan bahwa anak-anak mereka kelak akan membawa menuju surga.

 

Ada sebuah riwayat yang menceritakan bahwa ada sebagian orang shalih ketika diminta untuk menikah ternyata menolak hingga lama. Kemudian dirinya bercerita bahwa suatu hari terbangun dari tidur lalu berkata: Nikahkanlah aku, nikahkanlah aku. Maka mereka pun menikahkannya. Kemudian, ditanyakan kepadanya tentang itu (alasan kenapa setelah terbangun dari tidur meminta untuk dinikahkan). Lalu dia menjawab: Semoga Allah menganugerahkan seorang anak kepadaku dan kemudian diambil-Nya. Maka jadilah anak itu bagiku sebagai suatu mukaddimah di akhirat nanti.

 

Kemudian ia meneruskan ceritanya: Aku bermimpi seolah kiamat sudah datang, dan aku berada di tengah banyak makhluk di suatu tempat, dan aku merasa sangat haus sehingga leherku serasa putus. Begitu juga dengan semua makhluk semua merasa kehausan dan kesulitan. Dan ketika kita merasa kehausan, tiba-tiba ada anak-anak yang masuk di sela-sela orang banyak. Di atas kepala mereka seperti ada sapu tangan dari cahaya, di tangan mereka ada tempat minum dari perak dan gelas dari emas. Anak-anak itu memberi minum satu demi satu. Mereka masuk ke celah-celah orang banyak dan banyak orang yang mereka lewati begitu saja (tidak diberi minum).

 

Kemudian aku mengulurkan tangan kepada salah seorang dari mereka, seraya berkata: Berilah aku minum, sesungguhnya aku haus sekali. Lalu anak itu menjawab: Anda tidak memiliki anak di antara kami. Kami hanya memberi minum kepada ayah-ayah kami. Kemudian saya bertanya: Kalian siapa? Mereka menjawab: Kami adalah orang yang meninggal dari anak-anak orang Islam.

 

Riwayat di atas setidaknya memberikan keyakinan bahwa anak adalah anugerah yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bahkan ketika anak meninggal saat belia, akan menjadi penolong kelak di akhirat. Jadi boleh saja bersedih saat kehilangan sang buah hati, tapi sebaiknya menghindari kesedihan yang berlebihan, apalagi menganggap Allah berlaku tidak adil. Yakinlah bahwa semua ketetapan Allah adalah yang terbaik bagi kehidupan, dan semoga Ia menganugerahkan anak-anak yang shalih kepada kita.

 

Ustadz Mustaufikin adalah Alumnus Pesantren Tremas, Pacitan dan Pengajar di Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. 


Editor:

Opini Terbaru