• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Opini

Hari Aksara Internasional dan Kebiasaan Membaca

Hari Aksara Internasional dan Kebiasaan Membaca
Dengan membaca, akan memperluas pengetahuan. (Foto: NOJ/bestari)
Dengan membaca, akan memperluas pengetahuan. (Foto: NOJ/bestari)

Hari Aksara Internasional (HAI) diperingati tiap tanggal 8 September. Tahun ini kita memperingati Hari Aksara Internasional ke-55. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bidang Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus sejak tanggal 1 September 2020 lalu telah menyelenggarakan Festival Literasi Indonesia ( FLI) 2020. Peringatan HAI 2020 semua rangkaian kegiatannya dilaksanakan secara virtual. Selain FLI diselenggarakan pula web seminar Serambi Literasi yang dimulai sejak bulan Juli lalu.

 

Unesco mencanangkan tanggal tersebut berawal dari konferensi dunia menteri pendidikan untuk pemberantasan buta aksara di Teheran Iran 8 September 1965. Pemerintah Iran usul kepada Unesco agar memberi hadiah literasi internasional kepada pegiat literasi yang berjasa dalam perjuangan melawan buta huruf.

 

Peringatan Hari Aksara Internasional tahun 2020 di tengah Pandemi Covid-19 ini Unesco mengambil tema Literacy Teaching and Learning in the Covid-19 Crisis and Beyond. Di Indonesia, melalui Kemdikbud Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) mengambil tema serupa yaitu Pembelajaran Literasi di Masa Pandemi Covid-19, Momentum Perubahan Paradigma Pendidikan.

 

Pada tahun ke-55 peringatan HAI ini, kita bangsa Indonesia masih sering mengabaikan kebiasaan membaca. Kita sering bertanya dan menanggapi fenomena sebelum membaca detil informasi. Memang, dengan bertanya kita akan langsung menerima informasi yang dibutuhkan tanpa mencari referensi utuh dari jawaban yang dibutuhkan. Kita menyukai memperoleh hasil cepat, namun sedikit usaha. Padahal jika mau membaca, akan memperoleh detail atau keutuhan informasi dan pengetahuan tanpa melibatkan pihak lain. Belum tentu penjelasan pihak lain pemahaman hasil aktivitas membacanya sama dengan maksud sajian informasi atau pengetahuan itu sendiri. Bisa pas, bisa lebih atau kurang atau mungkin diplintir. Kita bisa terjebak pada hoaks atau informasi palsu lain.

 

Membaca, membantu lebih cerdas dalam menyikapi fenomena hidup. Tidak asal komentar, tidak serta-merta berkomentar sebelum memahami atau setidaknya membaca utuh sumber informasi atau pengetahuan. Membaca membantu melihat fenomena alam secara kaffah, komprehensif. Kita akan bijak mana yang perlu disikapi serius atau biasa saja. Tidak gampang ikut-ikutan opini yang berkembang ketika sudah tahu informasi atau pengetahuan itu sendiri memang perlu ikut nimbrung menggagas atau diabaikan saja. Ketegasan sikap dalam melihat dinamika hidup menjadi bijaksana dan cerdas ketika memiliki wawasan yang bagus karena aktivitas membaca ini.

 

Di Masa pandemi Covid-19 ini membaca seharusnya lebih diperbanyak lagi. Kita memasuki era baru. Karena kebaruan itulah kita harus banyak mencari pengetahuan agar cepat bisa beradaptasi. Beradaptasi itu penting. Tidak bisa beradaptasi bisa menyebabkan gangguan dalam hidup. Baik gangguan fisik maupun psikis. Maka benar kalau ada yang mengatakan di era pandemi Covid-19 ini orang cerdas adalah orang yang memiliki gagasan bagaimana ia survive di tengah kebiasaan baru. Tentu saja, untuk mendapatkan gagasan inovatif kuncinya 'membaca'. Membaca tulisan, menyimak informasi melalui media digital dari sumbernya langsung.

 

Jangan lupa, ketika kita memutuskan untuk gemar membaca ada pesan Buya Hamka: "Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik”.
 

Selamat Hari Aksara Internasional ke-55.

 

*Penulis adalah pegiat pendidikan, berdomisili di Jombang.


Opini Terbaru