• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 23 April 2024

Madura

Hilangnya Aroma dan Indera Perasa, Belum Tentu Gejala Covid-19

Hilangnya Aroma dan Indera Perasa, Belum Tentu Gejala Covid-19
PC Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep, dr  H Slamet Readi dalam suatu kesempatan. (Foto: NOJ/Habib).
PC Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep, dr  H Slamet Readi dalam suatu kesempatan. (Foto: NOJ/Habib).

Sumenep, NU Online Jatim

Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep, dr  H Slamet Readi mengatakan, bahwa hilangnya indra penciuman (aroma) dan indera perasa pada diri seseorang tidak semuanya termasuk pada gejala Covid-19.

 

Dalam ilmu kedokteran, kehilangan indra penciuman yang menyebabkan tidak dapat mencium aroma itu disebut dengan Anosmia. Sedangkan hilangnya Indra perasa disebut dengan Dysgeusia. Keluhan yang satu ini akan berpengaruh pada ketidakstabilan hidup seseorang. Karena sudah tidak bisa lagi mencium dan merasa.

 

“Seperti selera makan menurun, karena sudah tidak bisa mencium aroma aneka masakan, apalagi cita rasanya. Bahkan tidak bisa mendeteksi adanya potensi bahaya di sekitar, seperti bau kebocoran gas, nasi basi, dan asap kebakaran,” ujar dr Slamet.

 

Menurut dr Slamet, Anosmia-Dysgeusia bukanlah penyakit, tapi gejala dari suatu penyakit. Kendati demikian, beberapa studi dan laporan kasus menunjukkan bahwa gejala tersebut merupakan salah satu keluhan yang dialami oleh penderita Covid-19.

 

“Orang yang mengalami Anosmia dan Dysgeusia belum tentu terkonfirmasi Covid-19, dan sebaliknya orang yang terkonfirmasi Covid-19 tidak mesti muncul Anosmia dan Dysgeusia. Jadi penderita keluhan ini belum tentu positif Covid-19,” ungkapnya.

 

Keluhan itu, lanjut dr Slamet, bisa saja menular jika karena infeksi Covid-19. Namun jika karena faktor lain, seperti polip hidung, deviasi septum, tentu tidak akan menular.

 

Ia menjelaskan, bahwa penyebab gejala Anosmia bisa disebabkan karena flu, sinutisis, rinitis (alergi), kelainan tulang hidung, polip hidung, kerusakan saraf, faktor usia.

 

“Sedangkan penyebab Dysgeusia yaitu, infeksi, peradangan, mulut kering, efek samping obat, kerusakan saraf, gangguan neurologis, gangguan metabolisme, merokok, dan penuaan,” imbuhnya.

 

Ketua LKNU MWCNU Gapura tersebut pun menyebutkan beberapa tips atau langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk mengobati gejala Anosmia dan Dysgeusia. Jika penyebab utamanya karena infeksi Covid-19, tentu penanganannya sesuai dengan tata pelaksanaan Covid-19.

 

“Jika penderita Anosmia-Dysgeusia bukan karena gejala Covid-19, maka penanganannya disesuaikan dengan tata pelaksanaan penyebab utama dari gejala tersebut,” jelasnya.

 

Langkah preventif yang bisa dilakukan, menurut dr. Slamet, ialah menyeimbangkan ikhtiar lahir dan batin. Ikhtiar lahir bisa kita lakukan dengan cara turut mendukung upaya pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Selain itu disiplin protokol kesehatan, meningkatkan imunitas tubuh agar tidak mudah sakit.

 

“Seperti mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, istirahat yang cukup dan berkualitas, lakukan aktifitas fisik ringan minimal 30 menit per hari, mengelola stres, berjemur di bawah matahari 5-15 menit dua sampai tiga kali seminggu, dan mengonsumsi vitamin,” tambahnya.

 

 

Sedangkan untuk ikhtiar batin, dr. Slamet juga mengimbau agar masyarakat lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Memperbanyak amalan-amalan seperti, membaca Shalawat Thibbil Qulub, Shalawat Burdah, Rotibul Haddad, dan amalan-amalan lainnya

 

“Seraya bersama-sama memohon kepada Allah SWT agar pandemi Covid-19 segera diangkat. Amin,” pungkasnya.


Madura Terbaru