• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Rehat

Jangan Pernah Berharap Dibela Gus Baha

Jangan Pernah Berharap Dibela Gus Baha
Gus Baha atau KH Bahauddin Nursalim. (Foto: NOJ/ATc)
Gus Baha atau KH Bahauddin Nursalim. (Foto: NOJ/ATc)

KH Bahauddin Nursalim benar-benar menjadi idola berbagai kalangan. Ceramahnya sangat ditunggu umat karena mencerahkan. Tidak segan memberikan kritik dan koreksi atas keberagamaan yang selama ini menjadi tradisi. Sudut pandang baru juga kerap disampaikan kepada kalangan awam, dan juga santri senior dan ustadz sekalipun.

 

Dengan kelebihan yang dimiliki, banyak kalangan yang menyempatkan untuk sekadar menanyakan permasalahan agama dan problem rumah tangga kepada Gus Baha, sapaan akrabnya.

 

Suatu saat ada orang sowan ke Gus Baha. Orang tersebut mengadu kalau sering dimarahi istrinya dan disuruh pergi dari rumah.

 

“Apa alasan istrimu menyuruhmu minggat?” tanya Gus Baha.

 

“Anu, Gus.. Karena saya gak kerja.”

 

“Ya kalau gitu benar istrimu.”

 

“Lha tapi saya kan suaminya, Gus. Itu kan bukan perilaku seorang istri yang baik…”

 

“Kamu itu jangan ngajak goblok bareng. Kalau istrimu tidak protes karena kamu tidak kerja, istrimu malah salah. Kewajiban suami itu memang mencari nafkah. Sudah gak mencari nafkah, petengkrangan di rumah, anak istri tak diperhatikan, ya suami kayak gitu memang mestinya diusir dari rumah. Biar kerja. Aneh-aneh saja… Aku iki wong ngalim, dupeh kowe tau ngaji karo aku, terus mbok kon mbela kowe… (Aku ini orang alim, mentang-mentang kamu pernah ngaji sama saya, trus aku kamu suruh membelamu...”

 

Gus Baha kemudian bercerita. Ketika Adam diusir Tuhan dari surga, semua makhluk menangis. Mereka menyayangi Adam. Kenapa Adam yang baik itu, hanya karena kesalahan yang dianggap bukan kesalahan besar, harus terusir dari surga.

 

Di antara makhluk yang bersedih itu, hanya emas yang diam. Tak bersedih.

 

Tuhan lalu bertanya: “Mas, emas… Semua makhluk bersedih karena Adam kuusir dari surga, kok kamu tidak ikut bersedih?”

 

“Untuk apa saya bersedih, Tuhan? Bukankah Adam memang melanggar aturanmu? Bukankah memang itu menjadi kehendakmu?”

 

Tuhan lalu menjawab: “Kamu memang istimewa, Mas. Kelak semua hal bisa jatuh, hanya kamu yang tidak akan ikut jatuh.”

 

Terlepas dari jatuh tidaknya emas, tapi ngaji dengan Gus Baha harus siap menerima pendapat yang tidak biasa. Dia beraliran ‘emas’. Kalau ada orang yang salah ya harus dihukum. Harus ada orang yang berposisi seperti itu.


Editor:

Rehat Terbaru