Blitar, NU Online Jatim
Hari Solidaritas Jilbab Internasional sebaiknya menjadi momentum mengingatkan diri atas kebebasan perempuan mengenakan busana muslimah. Serta bersyukur atas hak yang diperolehnya tersebut.
“Dalam hal ini, hendaklah kita terus menebar kebaikan Islam yang telah kita pegang dan perjuangkan. Inilah kita, wanita yang bukan hanya bisa berpangku tangan, tapi kita terang terangan berjuang mendapatkan hak dan melawan kecaman,” kata Shelina Maharani, Ning Duta Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar, Sabtu (04/09/2021).
Shelina juga menanggapi maraknya trend ‘Fashion Hijab’ yang saat ini sedang mendunia. Menurutnya, adanya trend hijab kekinian itu bisa dilihat dari dua sisi. “Ada yang positif, tentu saja ada yang negatif. Sebagai muslimah modern kita harus terus mengikuti perkembangan jaman,” ungkapnya.
Ia berpendapat, Islam adalah agama yang relevan serta mampu mengikuti perkembangan zaman dan bersaing dengan budaya yang ada tanpa harus menghilangkan nilai-nilai agama.
“Bukan hanya mengikuti perlembangan teknologi, tapi juga fashion hijab yang kita kenakan, katakanlah ini juga dapat jadi jalan dakwah untuk mengenalkan ajaran Islam lewat dunia fashion,” tutur Shelina.
Mahasiswi Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Indonesia ini juga berpendapat, banyak tokoh muslimah Indonesia yang berhasil memperkenalkan fashion hijab. Salah satunya Dian Pelangi, Designer Hijab Internasional yang membanggakan Indonesia dan masyarakat Muslim. Bahkan mereka beberapa kali mendapat undangan dari mancanegara untuk memamerkan hasil karyanya.
“Kita perlu mencontohnya, dan sekali lagi ini merupakan kemenangan seorang Muslimah. Di mana ia tetap berkarya tanpa meninggalkan syariatnya sebagai muslimah,” ungkapnya.
Ia berpesan, trend hijab yang baik adalah trend hijab yang tidak keluar dari syariat Islam. Karena hijab merupakan simbol harga diri, kemuliaan, dan penjagaan. “Hendaklah kita tetap menjaga marwah hijab itu sendiri meski banyak trend hijab yang bermunculan,” tandasnya.
Editor: Romza
