• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 16 April 2024

Metropolis

Kata Rektor Unair Soal Program Kampus Mengajar 2021

Kata Rektor Unair Soal Program Kampus Mengajar 2021
Muhammad Nasih , Rektor Unair Surabaya. (Foto: NOJ/ Abu Aman).
Muhammad Nasih , Rektor Unair Surabaya. (Foto: NOJ/ Abu Aman).

Surabaya, NU Online Jatim

Program Kampus Mengajar adalah salah satu dari metode pembelajaran kampus merdeka belajar. Semenjak bulan Februari program ini sudah membuka pendaftaran bagi mahasiswa. Nantinya, mahasiswa yang lolos akan mengabdi di rumahnya atau di desa sendiri.

 

Muhammad Nasih mengatakan, kampus merdeka adalah wahana belajar mahasiswa di masyarakat untuk mengembangkan potensi desa. Selain itu, mahasiswa akan dapat banyak pelajaran dan dampak positif yang besar.

 

“Kampus merdeka menjadi fokus dimana salah satu satunya adalah bagaimana agar peran mahasiswa bisa terlihat secara langsung, mahasiswa bisa belajar bersama dengan masyarakat dan kemudian bersama-sama memperolah pengalaman dalam proses pengelolaan dan peningkatan kualitas pembangunan serta kesejahteraan masyarakat desa,” katanya, Jumat (19/02/2021).

 

Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menambahkan, terkait Satuan Kredit Semester (SKS) ini tidak sama dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang sekitar enam SKS. Program ini akan mendapatkan jatah SKS sekitar 20 SKS.

 

“Untuk kegiatan itu juga harus mendapatkan SKS tertentu, yakni paling tidak harus setara dengan 20 SKS. Selama ini, belajar bersama masyarakat yang kita kemas dalam KKN itu SKSnya masih belum cukup besar. Masih ada di antara 6 SKS yang diselenggarakan dalam waktu dua bulan,” katanya saat memberikan sambutan  di acara “Desaku Yang Kucinta Memanggil” yang diselenggarkan oleh Sekoloah Pascasarjana Unair secara daring.

 

Ia juga menuturkan, pelaksanaan kampus mengajar di desa masing-masing mahasiswa bersifat kondisional. Satu sisi bisa mudah, tetapi menjadi belum tentu mudah apabila desanya penuh dengan permasalahan. Sehingga apabila terjadi kondisi sulit bisa membuat mahasiswa kebingungan dan merasa takut.

 

“Tentu ini menjadi hal yang sangat-sangat tidak mudah. Pada sisi yang lain kemudian kepentingan-kepentingan di desa juga nampaknya masih menjadi persoalan tersendiri bagi para mahsiswa untuk bisa masuk dan langsung terjun ke masyarakat,” tuturnya.

 

Nasih juga menilai, program kampus mengajar juga memiliki makna yang negatif apabila mahasiswa tidak bisa melaksanakan program-programnya. Serta mahasiswa tidak bisa menyelesaikan persoalan yang dialami desa.

 

“Apalagi kalau nanti sudah berbicara, misalnya terkait dengan Bumdes. Pasti tidak mudah untuk bisa terlibat langsung didalamnya. Karena disana muncul banyak potensi, khususnya potensi finansial, yang tidak mudah orang luar, orang lain untuk bisa masuk ke dalamnya, kecuali yang bersangkutan disangoni keris,” katanya.

 

Ia berharap agenda tersebut terlaksana dengan baik dan memberikan dampak positif bagi mahasiswa serta masyarakat setempat. Sehingga kontribusi-konrtibusi mahasiwa juga menjadi bekal dimasa akan datang.

 

 

“Agar program desa memanggil ini menjadi terlaksana dengan sebaik-baiknya dan kawan-kawan mahasiswa bisa berkontribusi secara lebih riil dan nyata lagi di kemudian hari,’ harapnya.

 

Editor: Romza


Editor:

Metropolis Terbaru