• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

Kemenag Jatim Minta Pesantren Tetap Waspadai Covid-19

Kemenag Jatim Minta Pesantren Tetap Waspadai Covid-19
Ahmad Zayadi, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Jawa Timur. (Foto: NOJ/PP)
Ahmad Zayadi, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Jawa Timur. (Foto: NOJ/PP)

Surabaya, NU Online Jatim

Pandemi Covid-19 memang memberi dampak yang sangat luar biasa di berbagai kalangan masyarakat. Dari masyarakat kalangan bawah, menengah, hingga para pengusaha terdampak pandemi yang masuk ke Indonesia sejak bulan Maret lalu. Berbagai sektor juga terdampak Covid-19, seperti perekonomian, sosial, hingga pendidikan.

 

Di sektor pendidikan, pesantren tentu juga terdampak. Pasalnya, pesantren adalah tempat para santri menginap untuk fokus mengenyam pendidikan. Padahal di sisi lain, Pandemi Covid-19 melarang adanya perkumpulan massa dalam jumlah banyak. Lalu bagaimana dengan nasib pesantren saat ini?

 

Kondisi pesantren saat ini bermacam-macam. Jika dikelompokkan sesuai kebijakan masing-masing pesantren, ada empat jenis pesantren di era pandemi ini. Pertama, pesantren yang menutup seluruh kegiatannya, dan mengalihkan ke kegiatan secara virtual. Kedua, pesantren yang buka dengan menerapkan protokol kesehatan sangat ketat. Ketiga, pesantren yang buka sepenuhnya dengan kegiatan seperti biasa. Dan keempat, pesantren yang buka dengan protokol rendah karena fasilitas yang kurang memadai.

 

Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Timur, Ahmad Zayadi menyatakan, kebijakan untuk pesantren saat pandemi Covid-19 sesuai maklumat yang dikeluarkan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur pada awal bulan Mei lalu. Bahwa keputusan tersebut sesuai dengan kebijakan masing-masing pesantren di Jatim.

 

“Kewenangan membuka kegiatan belajar mengajar di pesantren diserahkan kepada masing-masing pengurus pesantren. Tentunya pesantren harus mempertimbangkan hal ini secara serius. Jika pesantren dibuka kembali, maka pesantren harus mampu untuk memenuhi standart protokol kesehatan yang berlaku saat ini dan juga melakukan koordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19,” ujar Ahmad Zayadi, Rabu (21/10/2020).

 

Menurutnya, harus ada koordinasi dari berbagai pihak untuk penanganan Covid-19 di pesantren. Karena masih banyak pesantren yang tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya namun sangat minim terkait penerapan protokol kesehatan. 

 

“Banyak pesantren yang mengalami kesulitan di tengah pandemi Covid-19 ini. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi antara pemerintah, Kemenag, dan pesantren untuk memfasilitasi sekaligus membantu untuk mengurangi beban pesantren,” pungkas Ahmad Zayadi.


Editor:

Metropolis Terbaru