• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Matraman

Ketua Ansor Trenggalek Generasi Pertama, Kiai Abdul Hamid Wilis Wafat

Ketua Ansor Trenggalek Generasi Pertama, Kiai Abdul Hamid Wilis Wafat
Kiai Abdul Hamid Wilis (tengah). (Foto: NOJ/ dok Pemkab Trenggalek).
Kiai Abdul Hamid Wilis (tengah). (Foto: NOJ/ dok Pemkab Trenggalek).

Trenggalek, NU Online Jatim
Kabar duka dari datang Kabupaten Trenggalek. Sesepuh Nahdlatul Ulama Trenggalek, Kiai Abdul Hamid Wilis wafat di usianya yang ke 81 tahun.

 

Kiai Abdul Hamid adalah Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor serta Komandan Banser Kabupaten Trenggalek generasi pertama. Beliau hahir pada tahun 1939 saat  pra kemerdekaan, dan wafat Sabtu (26/02/2021) malam. Jenazah almarhum dimakamkan Ahad, (28/02/2021) pukul 09.00 WIB pagi.

 

M Izuddin Zakki, Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Kabupaten Trenggalek mengatakan, Mbah Hamid Wilis pernah didatangi M Zainudin Kayubi, pendiri Barisan Ansor Serbaguna (Banser) sekitar 1963-1964.

 

"Pendirinya Banser, M Kayubi datang ke Mbah Hamid Wilis membicarakan tentang pendirian Banser. Kemudian tentang risalah dan dasar hukumnya. Awal yang membantu menuliskannya Mbah Hamid wilis, keterangan beliau sewaktu kami berkunjung kesana," terang Gus Zakki saat dihubungi melalui sambungan seluler.

 

Almarhum Kiai Abdul Hamid Wilis merupakan tokoh lintas zaman di Kabupaten Trenggalek. Memulai karir di GP Ansor kemudian menjadi Ketua Cabang. Semasa hidupnya, ia pernah menjadi anggota DPRD dari partai berlambang ka'bah yang mewakili NU.

 

Gus Zakki menambahkan, ingatan almarhum sangat tajam terhadap sejarah. Tak hanya sejarah awal NU dan Banser, namun juga sejarah Trenggalek di masa kemerdekaan sampai bagaimana G 30 S-PKI merenggut bumi Menak Sopal.

 

"Beliau (almarhum) juga sangat terperinci menulis tentang Supriadi. Ini buku tentangnya ada yang beberapa sudah ditulis belum di cetak," pungkas kiai muda pengasuh PP Al Falah Pogalan Trenggalek tersebut.

 

Sementara Misbahus Surur, dosen UIN Maliki Malang yang juga konsen di bidang sejarah Trenggalek mengungkapkan, Mbah Hamid menulis buku tentang Banser Trenggalek. Buku rujukan kiprah Banser pada masa awal.

 

"Kiprah yang lain di masa orde baru saya kira lebih banyak dan bisa digali, tidak konsen kesana. Karena beliau anggota DPR dari PPP yang mewakili NU," ungkap Dosen Fakultas Humaniora tersebut.

 

Ditanya awal mula kenal dengan Kiai Abdul Hamid, ia mengatakan ketika ada kepentingan menulis naskah sejarah Trenggalek. Diawali dari sebuah buku sejarah yang disusun oleh tim penulis sejarah Trenggalek bersama tim akademisi sejarah dari Universitas Negeri Malang (UM). Tim lokal itu salah satunya adalah Abdul Hamid Wilis (AHW).

 

Ia mengatakan bahwa kesan yang mendalam kepada almarhum meskipun sudah berusia senja, masih sangat hafal dan detail perihal sejarah masa silam. Mulai beberapa periode misalnya di masa kerajaan hingga di masa penjajahan dan revolusi.

 

"Beliau (almarhum) ternyata ingatannya tajam sekali. Barangkali karena selain menulis, beliau sendiri sebagai pelaku dan saksi sejarah, khususnya di masa revolusi. Ditunjang oleh besar semangat merawat data dan menuliskannya," kata Misbahus Surur.

 

Banyak karangan beliau yang belum dibukukan secara layak. sejarah masjid agung, sejarah Kabupaten Trenggalek sebagai kota pertahanan dan lainnya. Semangat merawat sejarah dan konsistensi menulis yang perlu dicontoh.

 

"Saya secara pribadi menahbiskannya sebagai sejarawan partikelir Trenggalek. Ini ada tulisan esai khusus untuk beliau," pungkas penulis Turonggo Yakso Berjuang Untuk Eksistensi tersebut.

 

 

Sejumlah karya almarhum diantarnaya buku ‘Aku Menjadi Komandan Banser (Barisan Ansor Serbaguna) Membela Pancasila Menumpas G-30-S/PKI’, Selayang Pandang Sejarah Trenggalek: Dari Kadipaten Kampak 929 sampai Kabupaten Trenggalek 1950, Shodanco Supriyadi: Pahlawan Nasionalisme Kelahiran Trenggalek, dan masih banyak yang belum terpublikasi.

 

Penulis: Madchan Jazuli

Editor: Romza


Editor:

Matraman Terbaru