• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

KH Sholeh Qosim, Kiai ‘Arsitek’ Masjid Penulis Beragam Buku

KH Sholeh Qosim, Kiai ‘Arsitek’ Masjid Penulis Beragam Buku
KH Mohammad Sholeh Qosim. (Foto: Sutrisno Akbar).
KH Mohammad Sholeh Qosim. (Foto: Sutrisno Akbar).

Sidoarjo, NU Online Jatim

Mengabdi di Nahdlatul Ulama (NU), menjadi pendakwah, mengajar serta menulis banyak buku. Begitulah kira-kira kalimat sketsa sosok KH Mohammad Sholeh Qosim. Bahkan beliau juga termasuk tokoh berprestasi sebagai ‘arsitek’ gerakan masjid.

 

Kiai Sholeh lahir di Mojokerto 03 April 1966 silam. Ulama yang juga biasa disapa Romo Kiai Sholeh ini merupakan Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sidoarjo Periode 2012-2021.

 

Untuk di struktural NU tidak hanya di Kabupaten, Kiai Sholeh juga menjabat Dewan Syari’ah PW Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sedekah (LAZISNU) Jawa Timur, Ketua Majelis Ilmi Pengurus Pusat (PP) Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQHNU), Wakil Ketua Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sejak tahun 2010 hingga sekarang.

 

Di JQHNU, Kiai Sholeh ada di Pengurus Cabang NU Sidoarjo, Wilayah Jawa Timur sampai pusat sejak tahun 1994 hingga sekarang. Ia mengabdi di NU sejak tahun 1992-sekarang sebagai Katib Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kota Sidoarjo.

 

Kiprah di bidang pendidikan, Kiai yang beralamat di Jl Raden Patah Daleman Sidoarjo tersebut adalah dosen Aswaja di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) dan Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam Sabiul Muttaqim (Staisam),

 

Kiai Sholeh juga termasuk Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sidoarjo, Pengurus Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Sidoarjo, Pengurus Takmir Masjid Agung Sidoarjo, Komisi Organisasi Pengurus MUI  Sidoarjo, Majelis Pembina Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sidoarjo, Badan Pengawas Unusida serta menjadi Dewan Hakim MTQ Nasional dan Internasional. Ia juga tercatat sebagai Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kabupaten Sidoarjo. Serta pembina LPPQ Al-Karim Jawa Timur.

 

Prestasi nasional yang pernah didapat Kiai Sholeh adalah penghargaan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam bidang sertifikasi tanah wakaf nazhir NU 1.316 bidang di Tanam Mini Indonesia Indah Jakarta tanggal 16 November 2011. Kala itu, ia masih sebagai Ketua LTM PCNU Sidoarjo.

 

Atas prestasi tersebut, suami dari Hj  Yul Mazidah ini langsung diberikan mandat sebagai Wakil Ketua LTM PBNU dan melakukan kunjungan ke 18 provinsi dan beberapa kabupaten/ kota di Indonesia sebagai narasumber Rapat Koordinasi Nasional (Rakoornas), Pendidikan dan Pelatihan Nasional (Diklatnas) LTM PBNU sejak 2011 – 2020.

 

“Saya diamanati dua hal ketika menjadi Ketua LTM. Satu imamnya, dua tanahnya. Artinya ada dua aset yang harus diselamatkan. Yaitu aset amaliyah dan aset maaliyah,” tutur Kiai Sholeh.

 

Selain berprestasi membawa LTMNU di bidang perwakafan tanah, Kiai Sholeh juga aktif menulis buku. Adapaun buku yang pernah ditulisnya diantaranya berjudul “Pedoman Praktis Manajemen dan Pemberdayaan Takmir Masjid Nahdlatul Ulama”. Berkat buku ini juga beliau turun langsung dari masjid satu ke masjid lainnya untuk mengisi materi tersebut.

 

Dalam setiap materi yang sering disampaikan, Kiai Sholeh selalu mengutip do’a selamat yang menjadi revitalisasi 7 aksi program memakmurkan masjid. Pertama salamatan fiddin, yaitu menjadikan masjid sebagai tempat  gerakan pemeliharaan aqidah umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

 

Kemudian yang kedua waafiyatan fil jasad, yaitu menjadikan masjid sebagai tempat pelayanan kesehatan umat. Dan yang ketiga adalah waziyadatan fil ilmi yaitu menjadikan masjid sebagai tempat peningkatan SDM jamaah dan santri di bidang keilmuan dan keterampilan.

 

“Selain sebagai wabarokatan firrizki yaitu sebagai pusat gerakan pemberdayaan ekonomi umat, masjid juga harus wataubatan qoblal maut yakni menjadi pusat gerakan dakwah untuk mengajak dan menyadarkan umat Islam yang belum menjalankan syariat. Dan menjadi tempat kembali bagi orang yang ingin kembali kepada Allah (taubat),” ungkap Doktor Ilmu Sosial Universitas Merdeka Malang tersebut kepada NU Online Jatim.

 

Lebih lanjut Wakil Rais Syuriyah Ranting NU Daleman tersebut menyampaikan, aksi yang keenam dan ketujuh dalam memakmurkan masjid adalah warohmatan indzal maut yakni sebagai pusat gerakan kepedulian sosial dan wamaghfirotan ba’dal maut yaitu sebagai tempat berdo’a dan mendoa’kan orang-orang yang telah wafat.

 

“Jadi alangkah dhzolimnya kita jika ada masjid yang sudah diwakafkan tapi tidak dimanfatkan sebagaimana mestinya. Agama itu harus disyiarkan, kebaikan itu harus disebarkan dan masjid adalah sebagai pusat pergerakan kegiatan sosial keagamaan dan kepedulian terhadap sesama,” jelas  Direktur Aswaja NU Center Sidoarjo tersebut.

 

           

Kiai Sholeh juga merupakan penulis handal. Diantara karyanya yaitu “Buku Latihan Dasar Baca Huruf Al Qur’an Makhroj dan sifatya”  dan “Buku Do’a Memulai dan Selesai Membaca Al Qur’an”. Kedua buku tersebut pertama kali dicetak pada tahun 1994 hingga cetakan ke 5 pada tahun 2020. Abah dari M Nahjul Fikri, M Nazzul Ilmi dan M Nahla Zada tersebut juga menerbitkan Al Qur’an Wakaf Ibttida’ pada tahun 2018. 

 

Selanjutnya, buku Pedoman Pelatihan Katib, Bilal dan Sholat Jam’aah, Sembilan Tafsir Poligami, Profil dan Hasil Kongres MTQ Nasional dan Internasional, Muharrik Masjid, Pedoman Praktis Manajemen dan Pemerdayaan Masjid NU.

 

Lainnya yaitu Bimbingan Imam dan Makmum, Do’a Menyambut Ramadhan dan Lailatul Qodar serta Haji, Do’a Bebas Penderitaan, Keselamatan Global, Doa Ziarah dan Tawassul, Zakat Mengangkat Ekonomi Ummat, Zakat Mensejahterakan Umat, Risalah Sholat Tarawih dan Witir, Aswaja NU dan Firqoh dalam Islam, dan Mengenal Aswaja NU Center Sidoarjo.

 

Editor: Romza


Editor:

Metropolis Terbaru