Trenggalek, NU Online Jatim
Salah satu kader Ansor di Kabupaten Trenggalek aktif menyebarkan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan, yaitu melalui pagelaran wayang. Ki Andri Sungging Handoyo namanya. Selain sebagai dalang dalam pagelaran wayang, ia juga Ketua Pimpinan Ranting (PR) GP Ansor Desa Prambon Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek.
Ki Andri mengatakan, momentum Hari Lahir (Harlah) ke-87 Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang bertema 'Transformasi Media Juang' ini sebagai titik balik bagaimana Islam di Indonesia.
"Islam nusantara itu Islam yang berbasis kultural, berbasis budaya. Dengan semangat Harlah GP Ansor kita tumbuhkan. Insyaallah kita gerakkan di Trenggalek kita awali biar bisa merambah ke daerah-daerah lain untuk pemuda sadar berbudaya," katanya.
Dalam pewayangan, dirinya mengkombinasikan bagaimana dunia wayang bisa dikembalikan ke-NU-annya. Bukan hanya sekadar hura-hura pertunjukan yang disuguhkan. Namun memiliki nilai edukasi, terlebih pesan keislaman yang disampaikan. "Saya tekankan disitu, ya tontonan, ya tuntunan, ya tatanan," ujarnya kepada NU Online Jatim.
Harlah ke-87 Ansor, dirinya berharap organisasi kepemudaan dibawah naungan NU ini bisa menjadi garda terdepan dalam mengawal ke-Idonesiaan. Selain itu juga lebih perhatian kepada kebudayaan yang dimiliki bumi pertiwi.
"Teman-teman pemuda Ansor bisa jadi benteng pertahanan ulama-ulama NU, terutama kita harus memelihara kebudayaan," paparnya.
Masih menurut Ki Andri, dari pengalaman undangan yang pernah diterimanya yaitu dari santrinya KH Muslim Rifai Imampuro atau yang kerap disapa dengan panggilan Mbah Liem Klaten, berdomisili di Lampung, dan pernah juga ke Kalimantan.
"Kalau di Jawa Timur lokal, kemarin Rakornas Lesbumi ke-III di Pasuruan itu juga wayangan disana dua malam," imbuhnya pria yang menekuni pedalangan dari bangku SMA tersebut.
Terkait puncak Harlah hari ini, Ki Andri bakal menampilkan lakon Gatuthkaca. Bertempat di markas GP Ansor Trenggalek di Perumahan Kelutan Trenggalek dengan protokol kesehatan (prokes) ketat.
"Kemasannya pertunjukannya climen, jadi belum menggelar untuk sepenuhnya mengundang massa. Karena kita juga memperhatikan peraturan pemerintah, tapi dalam kutip kita harus tetap bisa berkesenian," ungkap pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta tersebut.
Harlah dengan pertunjukan pagelaran wayang kulit ini, menurutnya berangkat dari ketertarikan Ketua PC GP Ansor Trenggalek, M Izuddin Zakki mengadiri acara rantingnya mengemas sarasehan dengan diiringi musik gamelan.
"Saya sebagai ketua Ranting Desa Prambon mengundang Gus Zakki acara di Prambon itu isinya 'Sarasehan Budaya' ada selingan gamelan," ungkapnya.
Lebih lanjut, menurut Ki Andri, Gus Zakki sebagai pemimpin GP Ansor Trenggalek punya inisiatif, tertarik kembali ke dakwah berbasis kultural. Seperti para pendahulu semisal Kanjeng Sunan Giri, Sunan Kalijogo, Sunan Bonang berdakwah bilhikmah dengan menggunakan wayang dan gamelan.
"Sebagai orang NU Kita harus mencontoh wali-wali dahulu. Saya katakan kepada Gus Zakki seperti itu, beliau langsung rapat dan menyetujui bersama teman-teman perwakilan Ansor dan Banser se Trenggalek," pungkasnya.
Editor: Romza