• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Madura

Kiai A’la: Harta Sejati Itu adalah Ketenangan Jiwa

Kiai A’la: Harta Sejati Itu adalah Ketenangan Jiwa
KH Abdul A'la Basyir, Wakil Ketua PWNU Jatim saat mengisi pengajian kitab Minhajul Abidin di Pesantren Annuqayah Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep.
KH Abdul A'la Basyir, Wakil Ketua PWNU Jatim saat mengisi pengajian kitab Minhajul Abidin di Pesantren Annuqayah Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep.

Sumenep, NU Online Jatim

KH Abdul A’la Basyir, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, mengatakan bahwa sebenar-benarnya harta dalam hidup adalah ketenangan jiwa dan kedamaian hati. Hal itu bisa diraih dengan berserah diri secara total kepada Allah SWT.

 

Hal itu disampaikan Kiai A’la saat mengisi pengajian kitab Minhajul Abidin, kitab karya Imam Al-Ghazali di Mushala Rayon KH Ahmad Basyir kompleks Pesantren Annuqayah Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, pada Sabtu (02/10/2021).

 

Menurut Kiai A’la, dengan berserah diri kepada Allah, maka bakal terhindar dari ketakutan, penyakit, dan pertentangan. “Jika segala urusan diserahkan kepada-Nya, maka mendapat ketenangan jiwa dan kedamaian dalam hati. Itulah harta yang sebenar-benarnya,” katanya.

 

Karena itu, Dewan Masyaikh Pesantren Annuqayah daerah Latee itu mengajak warga, terutama warga NU, agar berserah diri secara total kepada Allah. Dia juga mengimbau masyarakat agar menjauhi ketamakan, rakus, dan berkhayal.

 

“Kita tidak tau masa depan, termasuk kematian. Sama halnya dengan seseorang yang merasa dirinya sehat dan tidak memiliki penyakit. Suatu saat ia menghadapi kematian. Contoh ini adalah bagian dari seseorang yang tidak memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga mendapatkan kerugian,” ujar Kiai A’la.

 

Dia menambahkan, Al-Qur'an bisa menjadikan seseorang tenang kalau hatinya pasrah. Walaupun khatam setiap hari, tapi hatinya memberontak, maka dia tidak memasrahkan diri secara total kepada Allah SWT.

 

“Kehancuran akan datang jika seseorang meyakini dirinya baik atau sempurna. Meyakini suatu permasalahan itu bagus, tetapi jika berdasarkan diri sendiri itu kurang bagus. Terutama dalam hal ibadah yang terkadang menggunakan agama, namun kenyataannya bertentangan dengan agama,” tandas Kiai A’la.


Madura Terbaru