Tulungagung, NU Online Jatim
Di antara kalangan yang demikian berjasa dalam menanamkan akidah yakni guru ngaji. Demikian pula ia memberikan andil bagi pemahaman dan praktik ibadah masyarakat. Oleh sebab itu, penghormatan kepada guru ngaji jangan pernah berubah.
"Yang mengajarkan kita shalat dan bacaan hijaiyah adalah guru ngaji," dawuh KH Marzuki Mustamar, Sabtu (12/06/2021).
Penegasan disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) tersebut saat Turba di aula Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tulungagung.
Kiai yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Kota Malang ini menaruh keprihatinan atas perlakuan sebagian warga. Di mana lebih menghargai mereka yang berpenampilan agamis, dan melupakan guru ngaji.
"Padahal mereka yang berpenampilan agamis tidak pernah mengajarkan ilmu dasar agama Islam," keluhnya.
Karena itu, Kiai Marzuki mengingatkan untuk kembali memberikan penghormatan yang memadai kepada guru ngaji. Secara khusus, dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut mengajak agar jangan sampai melupakan jasa dan kebaikan para ustadz ngaji.
Kiai Marzuki menyilakan memberi hormat kepada keturunan tertentu, asal sewajarnya. Pada saat yang sama tidak melupakan kiprah guru ngaji maupun ustadz kampung meski penampilannya sederhana.
"Masyarakat gampang terpukau dengan penampilan fisik, padahal jasa yang diberikan tidak sepadan," tuturnya.
Di ujung paparan, Kiai Marzuki menegaskan bahwa Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama sudah selayaknya kembali ke komitmen awal.
"Yakni menghargai dan memberi penghormatan kepada pihak yang berjasa, utamanya dalam penanaman akidah dan ibadah Aswaja an-Nahdliyah," pungkasnya.
Turba PWNU Jatim kali ini juga dihadiri Wakil Rais, KH Ali Maschan Moesa, KH Reza Ahmad Zahid selaku Wakil Ketua dan pengurus harian lainnya.