• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 16 April 2024

Kediri Raya

Kiai Muhsin: Kesatuan dan Keberagaman Bagai Dua Sisi Mata Uang

Kiai Muhsin: Kesatuan dan Keberagaman Bagai Dua Sisi Mata Uang
KH Muhsin Ghozali saat Tausiyah Kebangsaan oleh Penyuluh Agama Islam Kabupaten Tulungagung secara virtual. (Foto: NOJ/Puspita Hanum).
KH Muhsin Ghozali saat Tausiyah Kebangsaan oleh Penyuluh Agama Islam Kabupaten Tulungagung secara virtual. (Foto: NOJ/Puspita Hanum).

Tulungagung, NU Online Jatim

Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mengalami sejumlah ujian dan cobaan. Tercatat beberapa kali pertempuran terjadi pasca proklamasi. Selain itu, bencana alam juga sering menimpa negara yang memiliki banyak gugusan pulau ini.

 

"Meski banyak sekali ujian dan cobaan, namun Allah SWT selalu menyelamatkan bangsa Indonesia dari perpecahan," kata KH Muhsin Ghozali, pembina Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Tulungagung saat Tausiyah Kebangsaan oleh Penyuluh Agama Islam Kabupaten Tulungagung secara virtual, dikutip NU Online Jatim, Kamis (12/08/2021).

 

Kiai Muhsin menyampaikan, bahwa hal tersebut terjadi karena bangsa Indonesia memiliki falsafah dan ideologi bernegara yang menjadi titik temu bersama, yaitu Pancasila.

 

"Negara lain belum tentu memiliki falsafah hidup yang sangat ideal seperti Pancasila, sehingga mudah sekali terjadi perang saudara," lanjut pimpinan Pondok Pesantren Al Ghozali Kabupaten Tulungagung.

 

Menurutnya, kesatuan umat adalah keniscayaan. Dan tanggung jawab sebagai Muslim tidak akan hilang hanya karena warga Indonesia yang beragam dalam agama, etnis, suku dan lainnya.

 

"Pluralitas yang benar justru menjadi sumber kekayaan dan titik pangkal untuk saling mendukung dan berkompetisi demi kemajuan," terang Kiai yang pernah jadi Ketua Majelis Ulama Indonesia di Kota Marmer itu.

 

Ia juga menyebut, bahwa peradaban yang dilakukan dengan luwes untuk merangkul kelompok yang beragam, justru akan membuat masyarakat nyaman hidup berdampingan, bahkan rela membela keberagaman tersebut dengan tulus.

 

 

"Kesatuan dan keberagaman adalah dua sisi mata uang yang menjadi ciri peradaban manusia," pungkasnya.

 

Editor: A Habiburrahman


Kediri Raya Terbaru