• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Metropolis

Koleksi Kaset Gus Dur: Ada yang Direkam Sendiri, Ada Juga Kerjaan Intel

Koleksi Kaset Gus Dur: Ada yang Direkam Sendiri, Ada Juga Kerjaan Intel
Gus Dur saat di ruang kerjanya di Gedung PBNU (Foto: Zunus Muhammad)
Gus Dur saat di ruang kerjanya di Gedung PBNU (Foto: Zunus Muhammad)

Jakarta, NU Online Jatim
Satu hal yang cukup membedakan antara Gus Dur dengan tokoh sezamannya yakni Gus Dur rutin membawa tape recorder setiap ia diundang menjadi pembicara. Kebiasaan merekam itu dimulai sejak awal tahun 1970. 

 

“Dokumen kaset tertua yang kami temukan tahun 1976,” kata pengelola Pojok Gus Dur, Hasan Basori, Selasa (29/9).

 

Salah satu alumni Pesantren Ciganjur, Muhammad Yunus mengatakan dirinya pernah diminta membongkar gudang rumah Gus Dur oleh Nyai Sinta Nuriyah dan menemukan puluhan peti berisikan kaset. 

 

“Saat itu bersama beberapa santri diminta menata gudang. Selain buku, ada gamelan, plakat, makalah-makalah, juga dokumen audio. Ada puluhan kotak yang terisi kaset dengan suara Gus Dur.  Lengkap keterangan tanggal, tempat pelaksanaan dan tema diskusi,” ujar dia.

 

Basori mengungkapkan koleksi suara Gus Dur berbentuk kaset tersebar di beberapa tempat, antara lain di Arsip Nasional (ANRI), Pojok Gus Dur, rumah kediaman, Sekneg, dan Radio Utan Kayu, Jakarta.

 

“Di ANRI ada 276 kaset. Di Pojok Gus Dur ada puluhan. Belum juga koleksi bersama Kang Sobari. Total yang terdata sekitar 400an. Itu belum termasuk di beberapa media seperti Duta Masyarakat,” ungkap Basori.

 

Salah satu sumber yang tidak mau disebut namanya mengatakan, koleksi kaset yang berisikan suara Gus Dur tidak hanya bersumber dari Gus Dur sendiri. Ada sebagian yang direkam oleh santri dan juga intel.

 

“Seperti saat Gus Dur menggelar pertemuan di Lirboyo. Ada kaset yang materinya ‘fulgar’ sekali. Dan itu baru diberikan ke Gus Dur setelah sekian tahun. Kata Gus Dur, itu pemberian dari intel, hahaha,” kata sumber tersebut.

 

Gus Dur dalam sebuah kesempatan mengakui kebiasaan menaruh alat perekam itu untuk mengasah kemampuan menyampaikan materi kepada audien. Selain itu, ia ingin setiap forum yang dihadiri membawa hal baru. Tidak monoton, atau itu-itu saja yang diulang. “Orang itu harus menguasai banyak bahasa,” kata Gus Dur kepada sahabatnya, Muslim Abdurrahman saat diundang Bentara Budaya, Kompas, bersama Effendi Ghazali, Kang Sobari, dan Radhar Panca Dhahana.

 

Bahasa dalam konteks yang disampaikan Gus Dur adalah kemampuan pitutur yang disesuaikan dengan lawan bicara. Gus Dur sangat fasih berbahasa Jawa kromo saat diminta menyampaikan mauidhoh hasanah di lingkungan pesantren. Di waktu lain, begitu ilmiah ketika berhadapan dengan kalangan akademisi. Juga mampu berakrobat dengan lawakan-lawakan segar ketika menghadapi gerembolan seniman. Tidak salah ketika pelawak Kirum gelisah karena bahan lawakannya habis, ia segera sowan ke pengasuh Pesantren Ciganjur itu.
 


Metropolis Terbaru