• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Tapal Kuda

Lebih Dekat dengan Metode Menghafal Al-Qur'an ala Warga Maroko

Lebih Dekat dengan Metode Menghafal Al-Qur'an ala Warga Maroko
Warga Maroko menggunakan cara 'lauh' dalam menghafal Al-Qur'an. (Foto: NOJ/Detik)
Warga Maroko menggunakan cara 'lauh' dalam menghafal Al-Qur'an. (Foto: NOJ/Detik)

Pasuruan, NU Online Jatim

Banyak cara yang bisa dilakukan dalam menghafal Al-Qur’an. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode lauh atau papan. Dan bagaimana cara ini dapat dilakukan untuk menghafal Al-Qur’an? Lewat akun instagram @nuisme.id digelar ‘diskusi milenial’ tentang cara menghafal Al-Quran menggunakan metode lauh ini. 

 

Ning Nadia Abdurrahman selaku narasumber menceritakan awal mula memutuskan untuk kuliah di Universitas Imam Nafie Tangier Maroko. Hal tersebut karena adanya seleksi yang dinaungi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dimana kerja sama yang dibangun salah satunya dengan Kementerian Auqof.

 

“Salah satu metode yang populer digunakan di Maroko untuk menghafal Al-Qur’an adalah lauh atau papan yang bahkan diterapkan hampir di setiap masjid,” katanya, beberapa waktu berselang. Metode lauh diyakini memiliki kesakralan tersendiri dan merupakan tradisi turun-temurun, lanjutnya.
             

“Jadi sejak kecil anak-anak itu diajari untuk menghafal surat-surat pendek dari papan. Kalau belum bisa menulis, dituliskan orang tua mereka kemudian mereka baca dan menghafalkannya,” ungkap menantu KH Abdul Hannan Ma`sum Kwagean, Kediri itu.
            

Dikemukakannya bahwa taraf hafal Al-Qur’an di Maroko tidak hanya khatam secara lisan, tetapi juga tulisan. “Makanya orang sana menamai majelisnya bukan dengan qurro atau orang-orang yang membaca, tetapi dengan kuttab yakni para penulis,” tuturnya.
            

Meskipun metode lauh dirasa cukup merepotkan dan memakan waktu lama, ternyata rentang waktu khatam menggunakan metode tersebut hampir sama dengan metode mushaf yang diterapkan di Indonesia. Hal itu, dikatakan Ning Nadia karena sejak mulai menulis, orang Maroko sejatinya telah memulai menghafal apa yang ditulis.

 

“Jadi bedanya di start saja. Kalau orang Indonesia mengulang-ulang hafalannya, kalau orang Maroko menulis dan saat nulis itu mereka sambil menghafal sedikit sedikit. Jadi waktu khatamnya bisa sama,” kata dia.
            
Di penghujung diskusi, istri dari Gus Muhammad Barizi itu mengatakan bahwa metode apapun yang digunakan adalah baik karena tujuannya sama-sama mulia yaitu menghafalkan Al-Qur`an.

 

Penulis: Diana Putri Maulida


Editor:

Tapal Kuda Terbaru