• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Madura

Lesbumi NU di Sumenep, Kenalkan Macapat pada Generasi Muda

Lesbumi NU di Sumenep, Kenalkan Macapat pada Generasi Muda
Dari kanan tampak KH Hamimah, KH Aziz, dan KH Maimun kenalkan kesenian macapat. (Foto: NOJ/Firdausi)
Dari kanan tampak KH Hamimah, KH Aziz, dan KH Maimun kenalkan kesenian macapat. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim 

Macapat adalah tembang kesusatraan Jawa yang kini mulai tergerus arus perkembangan zaman. Karena dianggap kurang menarik oleh sebagian generasi muda.

 

Untuk mempertahankannya, Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, Sumenep memperkenalkan kesenian tersebut di acara pembukaan Hari Lahir (Harlah) ke-98 NU dan Pekan Rajabiyah. Acara dipusatkan di depan halaman kantor MWCNU, yang dihadiri oleh seluruh pengurus harian, lembaga, dan Badan Otonom (Banom) NU, Senin malam (15/2/2021).

 

KH Hamimah berbagi pengalaman bahwa, awalnya tidak menyukai tembang ini mengingat kesenian ini belum pernah dipelajari di pesantren. Di lain sisi, ayahnya seorang tokoh yang mempopulerkan macapat di desanya, bahkan sang ayah tidak pernah berguru saat mengembangkan kesenian tersebut atau belajar otodidak.

 

"Masuknya Islam di Nusantara melalui tembang macapat diprakarsai oleh Walisongo di akhir masa kerajaan Majapahit," katanya saat menyitir pesan abahnya.

 

Dalam babad dan serat Jawa, Raden Said atau Raden Sahid (Sunan Kalijaga) mempertunjukkan wayang, gamelan, ukiran, batik, dan tembang macapat sebagai media dakwahnya. Sunan Kalijaga adalah penggubah tembang yang memadukan melodi Arab dan Jawa.

 

"Lewat pertunjukan kesenian inilah, animo masyarakat meledak, sehingga warga kala itu tidak ingin beranjak pulang sebelum sang Sunan mengakhirinya. Karcis masuknya disebut kalimasada, tak lain merupakan perlambang dari kalimat syahadat dan wajib diucapkan oleh para pengunjung," kenangnya.

 

Di kesempatan yang sama, Kiai Maimun juga mengutarakan bahwa, keindahan ritme dan kesyahduan tembang macapat, tersimpan kedalaman pemikiran dari penciptanya. Isinya memiliki filosofi kehidupan yang wajib dijadikan ibrah dan hikmah oleh setiap pendengar.

 

"Di dalam macapat yang barusan kami tembangkan, ada keindahan dan khazanah kearifan lokal. Jika disimak secara mendalam, pendengar akan mengetahui keluhuran budi Nabi Muhammad SAW, gambaran perjalanan Nabi sejak berada dalam kandungan, hingga tiada," ungkapnya.

 

Tak sampai di situ, teknik kasmaran laras rendhu pakhet songo yang dibawakannya, menceritakan kisah perjalanan Nabi dari kecil hingga diangkat menjadi Rasul.

 

"Jadi, macapat bagian dari syiar Islam lewat tradisi kebudayaan dan gayanya sangat moderat. Karena dengan cara inilah Walisongo dan ulama dakwahnya diterima oleh masyarakat, sehingga mampu mengajak umat Islam mengamalkan ajaran Islam," pungkasnya.

 

 

Editor: Risma Savhira


Madura Terbaru