• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Metropolis

Mahasiswa IAI Al-Khoziny Didorong Tebarkan Kebaikan dengan Menulis

Mahasiswa IAI Al-Khoziny Didorong Tebarkan Kebaikan dengan Menulis
Pendiri IPMA IAI Al-Khoziny Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Zainal Abidin. (Foto: NOJ/MK)
Pendiri IPMA IAI Al-Khoziny Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Zainal Abidin. (Foto: NOJ/MK)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Sebagai agen perubahan, mahasiswa harus ikut andil dalam menebarkan kebaikan. Salah satu ruang untuk mewujudkan itu yakni melalui tulisan. Tak hanya menebarkan kebaikan, dengan tulisan, akan tercapai sebuah keberhasilan dan kesuksesan. Dengan menulis, seseorang akan dikenal dan dikenang sepanjang masa.

 

"Menulis adalah sebuah keharusan dalam kehidupan ini. Dengan menulis dapat mengubah kehidupan yang lebih baik," kata dosen Institut Agama Islam (IAI) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Nur Syahid, di sela-sela acara Pelantikan Pengurus Ikatan Penulis Mahasiswa Al-Khoziny (IPMA), Ahad (04/04/2021).

 

Ia menjelaskan, di bulan April ini akan ada peringatan Hari Kartini. RA Kartini sendiri dikenal dengan pahlawan emansipasi wanita. Semasa mudanya, RA Kartini juga gemar menulis. Sehingga karyanya masih ada sampai saat ini dan menginspirasi banyak orang.

 

"Di masa muda, beliau (RA Kartini) suka menulis buku. Salah satu bukunya berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Hanya menulis dan tanpa disadari tulisannya dikumpulkan oleh orang Belanda hingga beliau dinyatakan sebagai pahlawan," ujar Syahid.

 

Menurutnya, perubahan bisa diciptakan dengan menulis. Menulis bisa mengubah peradaban. Sehingga apa yang dimiliki saat ini dan dituangkan ke dalam tulisan, maka tulisan tersebut tidak akan habis.

 

"Contohnya tulisan Imam Ghazali yang hingga sampai saat ini dan sampai kapan pun masih ada. Oleh sebab itu, biasakan menulis. Apalagi mahasiswa harus bisa melestarikan budaya menulis sejak dini. Di kampus bisa dimulai dari IPMA dan dikembangkan menjadi budaya literasi,” tandas Syahid.

 

Sementara itu, pendiri IPMA H M Zainal Abidin mengatakan, kalau ada keinginan dan cita-cita menjadi orang luar biasa, tancapkan semangat sejak dini. Jika banyak orang suka berkumpul, bergunjing, dan mengobrol hal yang sia-sia, maka mahasiswa harus mengubah itu menjadi kegiatan menulis dan melakukan hal positif lainnya.

 

Ia juga menceritakan awal mula IPMA didirikan sejak 1994-1995. Saat berdiri sempat terseok-seok karena belum mendapatkan tunjangan dari kampus. Sehingga Zainal dan teman-temannya menjadi kuli tinta.

 

"Akhirnya kami nguli tinta dengan membuat buletin dan dijual kepada mahasiswa. Dari situ akhirnya IPMA bisa terus berkembang hingga saat ini sudah 27 tahun. Alhamdulillah, saat ini sudah dapat tunjangan dari kampus. Tinggal bagaimana mengkader mahasiswa agar gemar menulis," tandas Zainal.

 

Menurutnya, alumni IAI Al-Khoziny dan yang pernah bergabung di IPMA saat ini telah malang-melintang di dunia jurnalistik. Bahkan beberapa alumi IPMA telah bergabung di media massa dan menjadi jurnalis di media televisi nasional, seperti Aula dan Portal Islam NU.

 

"Kalau ada keinginan tentu kalian nanti akan mampu bersaing dengan yang lainnya dan itu menjadi sebuah tantangan tersendiri. Semua tergantung Anda, Anda ingin jadi sukses melalui media massa atau hanya menjadi seorang mahasiswa,” kata Zainal.

 

Editor: Nur Faishal


Metropolis Terbaru