• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Makna Khidmah dan Keberkahan Menurut Gus Reza

Makna Khidmah dan Keberkahan Menurut Gus Reza
KH Reza Ahmad Zahid atau Gus Reza, Pengasuh Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri. (Foto: NU Online).
KH Reza Ahmad Zahid atau Gus Reza, Pengasuh Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri. (Foto: NU Online).

Surabaya, NU Online Jatim

Pengasuh Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo, KH Reza Ahmad Zahid mengatakan, para santri di pondok pesantren diajari oleh ustadz-ustadz yang rela berkorban meluangkan waktunya, menyisihkan segala kesempatannya demi transformasi ilmu pengetahuan.

 

“Mulai mengajarkan alif ba ta hingga mengurai permasalahan dan menemukan solusi semua ia lakukan sebagai bentuk khidmah,” ujarnya dikutip dari NU Online, Jum’at (06/08/2021).

 

Para ustadz itu memiliki himmah atau kemauan kuat untuk mentransformasikan ilmunya kepada para santri dan anak didiknya. Dan yang demikian, sejatinya khidmah itu ada di dalam hatinya.

 

“Maka dari itu, para ustadz jangan lantas berkecil hati, karena hal itu pekerjaan mulia. Sebagaimana halnya yang dicita-citakan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, yakni bisa mengajari anak-anak kecil untuk belajar alif ba ta. Sungguh keinginan yang sangat luhur,” tutur Gus Reza, sapaan akrabnya.

 

Oleh karena itu, yang harus digarisbawahi ketika melakukan transformasi ilmu kepada murid-murid dan santri-santri yang ada di madrasah ataupun di pondok pesantren adalah al-khidmah.

 

"Memang kalau kita ukur secara materi, khidmah tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan bekerja. Karena apa? Al-khidmah tatarattabu fieha al-barākah, wal kasbu yatarattabu fiehi al-ujrah (khidmah itu konsekuensinya adalah berkah, sedangkan bekerja konsekuensinya adalah gaji)," ungkap Gus Reza.

 

Menurutnya, seorang guru ada SK-nya, ada jenjang pendidikan linearitas yang diwajibkan. Kemudian ada juga tunjangan-tunjangan, ditambah lagi dengan gaji bulanan yang sudah ditetapkan. Itu semuanya harus sesuai dengan SK, sesuai dengan jenjang pendidikan yang diperoleh.

 

“Semuanya ter-SK, karena memang itu adalah gaji. Seorang pejabat, katakanlah dia ter-SK, gaji yang dia dapatkan itu pun juga sesuai dengan SK,” jelas Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini.

  

Lebih lanjut, Gus Reza menyebutkan, bahwa hal tersebut berbeda dengan seorang ustadz yang mengajarkan ilmu agama di pondok pesantren yang SK-nya dan yang dilakukannya karena lillāhi taāla. Semuanya itu adalah khidmah, tidak ada konsekuensi gaji di situ, yang ada adalah berkah.

 

"Lalu perbedaannya bagaimana? Kalau kita bicara masalah gaji, memang ada standar gaji, sesuai dengan layaknya gaji yang ada di sekitar daerahnya. Tapi kalau berkah tidak ada standar tertentu. Yang punya rumusnya berkah itu adalah Allah Swt dan jalannya adalah Min ḥaitsu lā yahtasib (dari arah yang tidak disangka-sangka, ed),” katanya.

 

Hal ini, lanjut Gus Reza, yang harus kita yakinkan pada diri seorang pendidik, ketika mentransformasikan ilmu kepada santri atau murid di madrasah maupun pondok pesantren.  

  

"Ayo kita tanamkan itu di dalam diri kita. Insyaallah apa yang kita lakukan menjadi amal shaleh untuk kita semua, dan yang disampaikan menjadi ilmu yang manfaat dan berkah. Amin ya rabbal ‘alamin," pungkasnya.


Metropolis Terbaru