Mojokerto, NU Online Jatim
Salah satu prinsip yang harus dimiliki seorang santri adalah selalu menjaga ketersambungan dengan kiainya. Dengan menjalankan dawuh atau nasihat-nasihat dan perintah dari kiai. Bahasa pesantren menyebutnya dengan istilah sami'na wa atha'na.
Hal tersebut disampaikan Agus Nafi, Ketua Ranting NU Wonosari, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto saat memberikan mauhidhoh khasanah dalam acara peringatan Hari Santri di gedung Majelis Wakil Cabang Nadhlatul Ulama (MWCNU) Pacet, Kabupaten Mojokerto, Rabu (21/10/20) malam.
"Kapanpun, di manapun, dan sampai kapanpun, prinsip seorang santri adalah nderek poro kiai. Dan ini sudah menjadi harga mati," terangnya.
Kegiatan yang dihadiri anggota Banom NU ini mengusung tema "Peran Kader Dalam Menjaga Ideologi Aswaja Annahdliyah".
Gus Nafi menambahkan, kader NU harus memiliki rasa cinta terhadap ulama, serta jangan mudah putus asa dalam melakukan perjuangan. "Harus punya rasa cinta kepada ulama, kalau kita mempunyai rasa cinta, kita pasti memiliki semangat untuk berjuang di NU," jelasnya
Baca juga: LP Ma'arif NU Mojokerto Bakal Bekali Guru Pemulihan Pendidikan Pasca Pandemi melalui Diklat
Sementara itu, Kasianto, Ketua Banser Tanggap Bencana (Bagana) Kabupaten Mojokerto menegaskan bahwa kegiatan tersebut tidak hubungannya dengan politik praktis.
"Kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan politik yang ada. Kami berpesan alumni dan kader Ansor, Pagar Nusa, kita niatkan berjuang membela kiai NU karena kita kader penerus di masa yang akan datang," ungkapnya.
Editor: Romza