• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Pantura

Melalui Webinar, ISNU Bojonegoro Bahas Santri Perdamaian dan Kemandirian

Melalui Webinar, ISNU Bojonegoro Bahas Santri Perdamaian dan Kemandirian
Webinar Nasional yang diadakan PC SINU Bojonegoro, Kamis (29/10/2020). (Foto: NOJ/ Yazid).
Webinar Nasional yang diadakan PC SINU Bojonegoro, Kamis (29/10/2020). (Foto: NOJ/ Yazid).

Bojonegoro, NU Online Jatim

Kondisi Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Bojonegoro untuk ikut mencerdaskan anak bangsa. Badan otonom NU yang mewadahi para sarjana itu mempersiapkan santri dan juga pemuda dalam menghadapi era milenial.

 

Salah satunya dengan mengadakan Wenibar Nasional, Kamis (29/10). Hadir secara virtual dalam kegiatan tersebut yakni KH Ali Masykur Musa, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ISNU, HM Mas'ud Said, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) ISNU Jawa Timur dan dr H Kholid Ubed, Ketua PCNU Bojonegoro, serta H Yogi Prana Izza, Ketua PC ISNU Bojonegoro dan Hamam Burhanudin sebagai moderator.


Kegiatan ini mengusung tema 'meneguhkan khittah serta peran santri dan pemuda dalam menebar pesan perdamaian dan menangkal narasi kekerasan di era millenial'. Acara diawali dengan pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia raya dan yahlal wathon, sekaligus sambutan Bupati Bojonegoro, diwakili Yayan Nur Rahman.


Setidaknya ada sekitar 200 peserta yang ikut dalam acara webinar nasional tersebut. Ketua PP ISNU, KH Ali Masykur Musa memaparkan banyak hal, utamanya tentang program jangka panjang 2045 (Indonesia emas). Dimana PP ISNU terlibat dalam merumuskan draf naskah akademik arah kompetensi pendidikan generasi 2045 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Oktober 2020.
 

"PP ISNU dalam draft ini merumuskan spiritual-kompetensi-ketuhanan dan kompetensi kewarganegaraan," paparnya mengawali webinar nasional.

 

Ia mengaku, kompetensi ini penting karena pemuda atau santri kedepan nantinya yang akan membawa arah Negara Indonesia. "NU dan masyarakatnya juga harus mempunyai kemandirian ekonomi sehingga tidak mudah menjadi objek," ungkapnya.


Sementara itu, Ketua PW ISNU Jawa Timur, Mas'ud Said menjelaskan, konsep wasathiyah (moderat) yang menjadi ciri khas NU harus dikedepankan oleh generasi muda dan santri. "Menguasai teknologi sangat penting di era milenial karena pesan-pesan perdamaian bisa disebarluaskan melalui teknologi guna mengimbangi narasi-narasi kekerasan," jelasnya.


Mas’ud mengaku sudah mempersiapkan terobosan yang dilakukan pengurus PW ISNU Jawa Timur dengan dimilikinya website Da'i Intelektual Nusantara Network (DINUN). "Intelektual itu penting sekali. Karena kapasitas intelektual yang mumpuni, bangsa menjadi maju, dan narasi-narasi kekerasan akan ditinggalkan. Dalam bahasa lain, harus mempunyai kemandirian intelektual," sambungya.

 

 

Dalam kesempatan tersebut, H Kholid Ubed, mengungkapkan, melihat pada sejarah kasus kekerasan yang disebabkan bukan karena perseteruan akidah, tetapi karena politik. Padahal politik itu adalah satu bentuk gerakan yang tidak bisa ditinggalkan untuk kebaikan. "Sehingga seharusnya orang sadar bahwa pergesekan politik tidak harus saling baku hantam dan menghunus pedang," terang Ubed.
 

Dokter spesialis penyakit dalam yang menjabat Ketua PCNU Bojonegoro dua periode ini menambahkan, jika warga NU sudah mandiri secara ekonomi, maka ekonomi itulah yang digunakan untuk kemaslahatan umat melalui pergerakan. Bukan sebaliknya, pergerakan digunakan untuk mencari ekonomi.
 

Sedangkan Yogi Prana Izza dalam forum tersebut mencoba mengidentifikasi akar dari narasi kekerasan. Menurutnya yang pertama adalah persepsi. Pasalnya, pikiran, perkataan dan perbuatan berasal dari persepsi. Jika persepsi keliru, maka yang muncul dari pikiran, perkataan dan perbuatan adalah negatif.
 

"Banyak yang tidak bisa membedakan antara opini dan fakta. Oleh karena itu, dalam istilah sufi perlu dikedepankan Shihah al-Uqul (akal sehat) dalam memandang sesuatu," ucap dosen IAI Sunan Giri Bojonegoro itu.
 

Ketua PC ISNU Bojonegoro alumni Mesir itu menyebut, untuk yang kedua adalah nafsu. Sebab semua pikiran, perkataan, maupun perbuatan yang negatif seperti menghujat, menjegal dan lain-lain sumbernya adalah nafsu. Oleh karena itu perlu yang disebut dalam tradisi spiritual sufistik dengan taharah al-qulub (pembersihan hati).



"Sehingga dua hal tersebut shihhah al-uqul (akal sehat) dan taharah al-qulub merupakan tradisi spiritual yang perlu dilestarikan. Atau melengkapi dari narasumber sebelumnya (kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual, kemandirian gerakan), maka ditambah dengan kemandirian spiritual," pungkasnya.

 

Editor: Romza


Editor:

Pantura Terbaru