• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Madura

Melihat Perjuangan KH RP Sya’rani, Ketua Ansor Pertama di Pamekasan

Melihat Perjuangan KH RP Sya’rani, Ketua Ansor Pertama di Pamekasan
KH Syaroni (Foto: NOJ/istimewa)
KH Syaroni (Foto: NOJ/istimewa)

Pamekasan, NU Online Jatim

KH RPM Thariq Sya'rani selaku pembina Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Pamekasan mengajak kader-kadernya agar tidak pernah takut melawan musuh baik berupa cacian, hinaan maupun serangan nyata. 

 

Ajakan tersebut disampaikan langsung disaat dirinya menjadi penceramah dalam kegiatan pelantikan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama dan Pimpinan Ranting (PR) GP Ansor Klampar, Proppo, Pamekasan masa Khidmat 2021-2026. Kegiatan ini dikemas dengan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW 1442 H pada Selasa (16/02/2021) malam. 

 

"Ansor yang baru dilantik jangan pernah takut melawan para musuh sebab dalam sejarahnya, sesepuh Ansor di Pamekasan tidak pernah takut melawan penjajah dalam merebut kemerdekaan kala itu," katanya.

 

Dalam kegiatan ini, Kiai Thoriq bercerita tentang sosok abahnya KH RP Sya'roni Cokrosudarso (Sja’rani Tjokrosoedarso) ketua Ansor pertama di Pamekasan yang menjadi panglima perang di Pamekasan melawan belanda dan ikut serta dalam pertempuran 10 November di Surabaya. 

 

"Orang yang selalu bilang NU, Ansor dan Banser antek PKI berarti dia tidak tahu sejarah dan tidak ikut perang. Coba lihat perjuangan KH Sya'roni pemuda Ansor dari Pamekasan yang ikut perang bergabung dengan Bung Tomo di Surabaya pada saat 10 November 1945 untuk menumpas Jendral Mallabi dan kawan-kawan," tutur Kiai Thoriq. 

 

Kiai Thoriq menambahkan, bahwa saat itu KH Sya'roni hanya menggunakan senjata yang sangat sederhana.

 

"KH Sya'roni dan santri yang lain hanya menggunakan ketapel sebagai alat perlawanan. Namun, senjata itu dibacakan doa dari ulama, sehingga mampu melawan penjajah yang menggunakan alat canggih," imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Jalan KH Hasan Sinhaji, Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan itu. 

 

Kiai Thoriq juga menceritakan, berselang dua tahun dari peristiwa 10 November, penjajah kembali hadir untuk menyerbu kota Pamekasan. Maka terjadilah peperangan di depan Masjid As-Syuhada' pada tanggal 14 agustus 1947, dan KH Sya'rani menjadi panglima dari pasukan Hizbullah.

 

Pertempuran berlangsung selama delapan jam sementara penyerangan dilakukan dari seluruh penjuru arah Pamekasan oleh penjajah. Bahkan menurut Kiai Thoriq, Desa Klampar juga memiliki peranan penting dalam merebut kemerdekaan. Hal itu dibuktikan dengan meninggalnya tokoh Sesan Misrul di Desa Klampar yang hingga saat ini namanya diabadikan.

 

"Saya punya dokumentasi aksi disaat abah memimpin perang di depan masjid As-Syuhada bersama orang-orang NU. Dan ini sejarah kita bukan legenda maka lucu ketika ada yang mengatakan bahwa NU, Ansor dan Banser sebagai antek PKI," tegasnya.

 

Dirinya juga mengungkapkan apresiasi kepada kader-kader NU yang bangga terhadap Ansor dan Banser.

 

"Saya bangga kepada ketua NU Pamekasan, meski masih muda tapi dengan bangganya ia turun pakai jaket Banser. Itu mengingatkan kepada Abah yang setiap hari bersurban tetapi jika di NU ia turun langsung menggunakan jaket Banser," ungkapnya.

 

Kiai Thoriq berharap, melalui cerita sejarah dari KH Sya'roni tersebut bisa membangkitkan semangat masyarakat NU, Ansor dan Banser dalam berkhidmat kepada dan menjaga kedaulatan Republik Indonesia yang diraih melalui darah perjuangan. 

 

"Saya bangga hingga kini Ansor dan Banser tetap ada. KH Sya'roni pada Desember 1965 pernah akan diangkat menjadi ketua NU oleh para masyaikh. Tetapi ia menolak dan memilih setia menjadi Ansor Banser untuk menjadi garda terdepan membela para ulama NU," ujarnya.

 

Kiai Thoriq juga menerangkan, bahwa Abahnya pernah berpesan kepada kiai NU terdahulu agar santrinya diajarkan bela diri.  

 

"Abah pernah berpesan seperti ini, tolong kiai NU yang memiliki santri ratusan dan ribuan, jangan hanya mengajari mereka kitab kuning tetapi juga ajari mereka bela diri baik di Pagar Nusa maupun Banser karena jika bangsa ini di rong-rong, merekalah yang akan menjadi garda terdepan untuk melawan," pungkasnya.


Hadir dam kegiatan ini, H Ilzamuddin Ketua Ranting NU Klampar, Moh Nawawi Ketua Ranting Ansor Klampar, KH Fathor Rosyid Ketua MWCNU Proppo, KH Taufik Hasyim Ketua PCNU Pamekasan, pengurus ranting NU dan Ansor Klampar, dan masyarakat setempat. 


Madura Terbaru