• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 23 April 2024

Metropolis

Memasuki 10 Hari Terakhir Ramadlan, Saatnya Sambut Lailatul Qadar

Memasuki 10 Hari Terakhir Ramadlan, Saatnya Sambut Lailatul Qadar
KH Farmadi Hasyim saat menyampaikan materi saat pengajian online. (Foto: NOJ/Istimewa)
KH Farmadi Hasyim saat menyampaikan materi saat pengajian online. (Foto: NOJ/Istimewa)

Sidoarjo, NU Online Jatim
Saat ini umat Islam tengah berbunga-bunga karena telah memasuki sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan. Sisa waktu yang ada hendaknya dimanfaatkan dengan memperbanyak ibadah yakni mendekatkan diri kepada Allah demi meraih lailatul qadar.

 

Penegasan ini disampaikan KH Farmadi Hasyim saat menggelar pengajian online pada Rabu (13/5). Dengan waktu yang ada, sudah saatnya kaum Muslimin menyingsingkan lengan baju meraih kesempatan beribadah yang lebih baik dari seribu bulan.

 

“Lailatur qadar kalau boleh diibaratkan adalah tamu agung yang hendak datang ke rumah kita,” kata Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur tersebut.

 

Layaknya akan kedatangan tamu istimewa, maka tuan rumah hendaknya menyiapkan segala hal dengan baik dan sempurna. Merasa tersanjung lantaran ada sosok yang dinanti akan melakukan kunjungan. 

 

“Karena tamunya demikian berarti, maka tuan rumah harus melakukan aneka persiapan seperti memakai pakaian yang layak dan bersih, memilih parfum terbaik, membaca A-Qur’an, istighfar memperbanyak bacaan  اللهم انك عفوف تحب العفو فاعف عني di rumah maupun di masjid,” jelasnya.

 

Kiai Farmadi kemudian menjelaskan bahwa Rasulullah selalu beri'tikaf pada sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan. “Bahkan kebiasaan tersebut dilakukan sampail Nabi wafat sebagaimana dijelaskan dalam kitab Durratun Nasihin karya Assyaikh Usman bin Hasan bin Ahmad Assyakir, tepatnya di halaman 19,” urainya.


Lebih jauh disampaikan bahwa yang perlu dicatat adalah bahwa lailatul qadar turun tidak semalam suntuk, melainkan seperti petir menyambar.

 

“Keterangan ini ada pada kitab Nihayatuz Zain karya Imam Nawawi al-Jawi al-Bantani halaman 198, sehingga harus benar-benar dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bisa meraih kesempatan tersebut,” terang Kepala Seksi Pemberdayaan KUA dan Keluarga Sakinah pada Kantor Wilayah Kemenag Jawa Timur ini.

 

Bahwa saat lailatul qadar turun ke dunia, seluruh malaikat naik sembari menyampaikan laporan kepada Allah terkait permohonan sejumlah hamba agar dikabulkan.

 

Dalam pandangannya, kesempatan untuk bertemu lailatul qadar sangatlah istimewa. Oleh sebab itu sudah selayaknya waktu yang ada dipersiapkan demi meraih kesempatan ini.
“Karena tidak ada jaminan tahun depan kita bisa mendapat kesempatan bertemu Ramadlan lagi. Karenanya, mari isi sepuluh malam terakhir di bulan puasa ini dengan i’tikaf,” pungkasnya.

 

Editor: Syaifullah
 


Editor:

Metropolis Terbaru