• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Rehat

Menanggapi Cerita Para Sufi Bertemu Nabi Muhammad

Menanggapi Cerita Para Sufi Bertemu Nabi Muhammad
Berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW di alam nyata apakah mungkin? (Foto: NOJ/PKp)
Berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW di alam nyata apakah mungkin? (Foto: NOJ/PKp)

Penolakan kelompok Wahabi terhadap perjumpaan seorang sufi-wali dengan Nabi SAW di alam nyata membuat saya penasaran untuk menyelam lebih dalam, menelusuri buku-buku tasawuf yang mengisahkan soal itu.

 

Hingga beberapa hari ini saya ngebut membaca buku-buku tasawuf seperti kitab Hilyah al-Auliya', Jami' Karamah al-Auliya', al-Fathu al-Rabbani, 'Awariful Ma'arif, dan Tanbih al-Mughtarrin.

 

Ternyata kisah-kisahnya cukup menarik dan unik. Di antaranya kisah mengenai Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang tidak kunjung menikah padahal usinya sudah memasuki kepala empat.

 

Ia didatangi Nabi SAW, dan beliau menyuruh al-Jilani: menikahlah! Al-Jilani berkata;

 

ما تزوجت حتى قال لى رسول الله صلى الله عليه وسلم: تزوج

 

Artinya: Saya tidak menikah sampai Rasulullah SAW berkata kepada saya: Menikahlah!

 

Lebih dari itu, bagi para sufi, perjumpaan dengan Nabi SAW di alam nyata ini merupakan pencapaian spiritual yang tinggi. Abdul Wahhab al-Sya'rani mengutip gurunya, Syaikh Ali al-Khawwash, yang berkata:

 

لا يكمل عبد فى مقام المعرفة حتى يصير يجتمع برسول الله صلى الله عليه وسلم يقظة ومشافهة.

 

Artinya: Tidak sempurna (lengkap) tahap pengetahuan seseorang sampai dia bertemu dengan Rasulullah saw dalam kondisi terbangun dan dalam kondisi musyafahah (bertemu langsung)

 

Tentu kisah-kisah seperti ini tidak bisa diverifikasi. Tapi, ia hidup di lingkungan ordo-ordo tarekat-spiritual, dari dulu hingga sekarang. Percaya boleh, tidak juga gak apa-apa karena ia tak termasuk rukun iman yang harus dipercaya.

 

 

Menghadapi kisah-kisah seperti ini, saya lebih memilih ikut Imam Ghazali untuk berbaik sangka pada mereka dan tak bertanya mengapa. Al-Ghazali berkata:

 

فكان ما كان مما لست اذكره # فظن خيرا ولا تسأل عن الخبر

 

Artinya: Yang lalu biarlah berlalu, jangan diingat lagi # Maka beprasangka baiklah dan jangan tanyakan tentang berita itu lagi.

 

Abdul Moqsith Ghazali adalah Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Situbondo.


Editor:

Rehat Terbaru