• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Meneladani Aksi Kemanusiaan Banser Riyanto di Tengah Pandemi Covid-19

Meneladani Aksi Kemanusiaan Banser Riyanto di Tengah Pandemi Covid-19
Almarhum Riyanto.
Almarhum Riyanto.

Surabaya, NU Online Jatim

Tanggal 24 Desember menjadi hari bersejarah bagi keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) khususnya Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Sebab, kisah pahlawan kemanusiaan dari Kota Mojokerto, Jawa Timur terjadi tepat 20 tahun silam, yakni 24 Desember 2000.

 

Dialah Riyanto, anggota Banser sang pejuang kemanusiaan yang meninggal dunia saat malam Natal kala itu. Bersama empat sahabat lainnya, Riyanto mendapatkan tugas menjaga Gereja Eben Haezar Mojokerto. Riyanto bukanlah anggota polisi atau tentara, tapi ia adalah anggota Banser Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Kota Mojokerto.


Sejak maraknya teror bom di negeri ini, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor memang menginstruksikan jajarannya, untuk membantu polisi menjaga dan mengamankan perayaan Natal umat Kristiani. Saat itu pukul 20.30 WIB.

 

Perjalanan ibadah baru separuhnya berjalan. Tiba-tiba ada yang menyampaikan kabar bahwa di depan pintu gereja ada bungkusan hitam yang mencurigakan. Mendengar hal itu, tangkas dan tanpa ragu khas Banser, Riyanto membuka bungkusan tersebut. Ternyata isinya kabel yang terhubung dengan rangkaian yang memercikkan api.



Mungkin saat itu, Riyanto tahu bahwa itu adalah bom. Mungkin ia punya kesempatan untuk kabur sesegera mungkin untuk menyelamatkan diri. Namun ia tidak begitu. Ia malah berteriak "tiaraaaap" sambil lari mendekap bungkusan tersebut menjauh gereja yang di dalamnya terdapat ratusan jemaat yang sedang beribadah.

 

“Dluuuuaaar…“ sesuatu meledak di dekapan Riyanto. Tubuhnya terpental hingga seratusan meter. Kuatnya daya ledak, merobohkan pagar beton gereja. Jari tangan dan muka Riyanto hancur. Ia meninggal untuk menyelamatkan banyak nyawa.

 

Pada saat kejadian, Riyanto baru berusia 25 tahun, tetapi keberaniannya patut diacungi jempol. Ia rela berkorban untuk orang banyak, meski berbeda agama. Atas pengorbanan Riyanto, Gus Dur berujar, "Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya."

 

Teladani Riyanto di Tengah Pandemi Covid-19

Semangat kemanusiaan yang tinggi telah ditunjukkan Riyanto. Ketika itu Riyanto menunjukkan kesigapan seorang anggota Banser yang rela berbuat hingga harus meninggal dunia, demi kemanusiaan. Untuk menyelamatkan orang banyak.

 

Khusus saat ini, aksi kemanusiaan itu tidak harus sama persis seperti yang dilakukan Riyanto. Aksi menyelamatkan nyawa banyak orang bisa dilakukan dengan terlibat aktif melakukan pencegahan penyebaran Covid-19.

 

Virus ini sangat berbahaya, dan mengancam banyak nyawa. Keganasan virus ini sudah terbukti memakan ribuan korban jiwa, khususnya di Indonesia. Bahkan hingga kini virus ini masih menyerang banyak orang. Data dari Satgas Covid-19 sampai sekarang masih menunjukkan kenaikan kasus.

 

Maka sudah tepat ketika Banser di berbagai daerah terlibat melakukan aksi-aksi pencegahan penyebaran Covid-19. Dengan menyampaikan sosialisasi 3 M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak). Maupun ikut membantu aparat keamanan memastikan 3 M dipatuhi dengan baik oleh warga.

 

 

Hingga kini aksi-aksi kemanusiaan itu dibutuhkan, baik dalam konteks membantu pemerintah terlebih meneladani sosok Riyanto. Senadainya Riyanto masih hidup, aksi kemanusiaan mencegah penyebaran Covid-19 rasanya akan dilakukannya dengan istiqamah. Pripsipnya yang kuat pasti akan ditunjukkan dengan kegigihan mencegah nyawa hilang karena menjadi korban virus ganas tersebut.


Editor:

Metropolis Terbaru