• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Merebaknya Radikalisme di Perguruan Tinggi, Begini Saran Ketua PBNU

Merebaknya Radikalisme di Perguruan Tinggi, Begini Saran Ketua PBNU
Keterangan foto: KH Said Aqiel Siradj memberikan paparan terkait penangkalan radikalisme di perguruan tinggi. (Foto: NOJ/Mila)
Keterangan foto: KH Said Aqiel Siradj memberikan paparan terkait penangkalan radikalisme di perguruan tinggi. (Foto: NOJ/Mila)

Surabaya, NU Online Jatim

Kejadian teror yang pelakunya berstatus mahasiswa merupakan sebuah fenomena yang sering kita jumpai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai intoleran yang menjadi cikal bakal radikalisme dan terorisme berkembang sangat subur di perguruan tinggi. Bahkan Alvara Research Center menghimpun data bahwa perekrutan pelaku terorisme sering kali menyasar lain anak muda kalangan kaum milenial, tinggal di perkotaan dan berjenis kelamin perempuan. Fakta ini nampaknya terbukti pada tragedi yang terjadi di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Rabu (31/3/2021).

 

Menyikapi hal ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj menyampaikan pandangannya dalam seminar daring yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) yang bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kegiatan yang bertema 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' itu menghadirkan narasumber dari aparat kepolisan dan akademisi (30/3/2021). 

 

Di hadapan Rektor Universitas Gajah Mada, Prof Panut Mulyono, dan Rektor Universitas Negeri Padang, Prof Ganefri, Kiai Said menyampaikan pandangannya.

 

"Sebaiknya matakuliah Pendidikan Agama Islam yang diajarkan pada mahasiswa jurusan selain bidang keagamaan terbagi menjadi tiga cakupan. 15 persen tentang aqidah, 15 persen tentang syariah dan 70 persen tentang akhlakul karimah," katanya.

 

Hal ini sebagai upaya untuk mencegah berkembangnya radikalisme di kampus. Kiai Said menjelaskan, pada pembahasan aqidah dan syariah, mahasiswa cukup dikenalkan kepada rukun iman dan rukun Islam.

 

"Karena jika hanya berulang-ulang dikenalkan sebatas surga, neraka dan kafir, maka hal ini bisa menumbuhkan benih intoleransi," jelas tokoh bersahaja alumnus Universitas Ummul Qurro' Makkah itu.

 

Sedangkan selebihnya lebih ditekankan pada pembahasan akhlak yang baik (akhlakul karimah) sebagaimana diajarkan dalam aspek nilai-nilai agama Islam. Misalnya mengabdi pada orang tua (birrul walidain), pentingnya silaturrohim, tolong menolong (ta'awun), membantu orang yang sedang susah (ighotsatul lafan), menghormati tetangga (ikromuj jiron), menghormati tamu (ikromudh dhuyub), menengok orang sakit (iadhotul mardhon), bertaksiyah (takziyatul mautan), mendoakan sesama, larangan hasud, larangan sombong dan dengki.

 

"Dan yang paling penting sesuai dengan kondisi saat ini adalah larangan adu domba serta cara menyikapi berita hoaks," tandasnya.

 

Kiai juga memberikan dukungannya kepada aparat hukum untuk menindak tegas para pelaku terorisme. Menurutnya, Al Quran memerintahkan untuk menindak orang yang menyimpang atau membuat gaduh dari kebersamaan bernegara yang telah ditetapkan di negeri ini.

 

"Tidak boleh ada kekerasan yang mengatasnamakan agama. Negeri kita sudah stabil terkait konsep kebangsaan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Tidak perlu didiskusikan lagi, namun diamalkan, diinternalisasi dan dielaborasi," pungkas Ketua PBNU yang terpilih dua periode ini.

 

Editor: Risma Savhira


Metropolis Terbaru