• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Madura

Meskipun Pandemi Corona, IPNU-IPPNU Pragaan Sumenep Gelar Kajian

Meskipun Pandemi Corona, IPNU-IPPNU Pragaan Sumenep Gelar Kajian
DKAC CBP dan KPP Pragaan Sumenep menggelar kajian online. (Foto: NOJ/Firdausi)
DKAC CBP dan KPP Pragaan Sumenep menggelar kajian online. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Banyak cara yang dilakukan nahdliyin untuk memutus mata rantai Covid-19, meskipun korban masih berjatuhan. Hal ini disebabkan kurang adanya kesadaran untuk mencegah penularan virus, bahkan mengentengkannya.

 

Berangkat dari inilah, Dewan Koordinasi Anak Cabang (DKAC) Corp Brigade Pembangunan (CBP) dan Korp Pelajar Putri (KPP) Kecamatan Pragaan Sumenep menggelar kajian online dengan tema ‘Ramadhan di Tengah Pandemi’, Senin (4/5). 

 

Ainul Yakin selaku ketua pelaksana menghadirkan Ketua Gugus Tugas (Gugas) NU Siaga Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan yakni Gus Harir Hidayat sebagai pemantik.

 

Antusian peserta untuk mempelejari bahaya Covid-19 di luar dugaan. Hal itu dibuktikan peserta kajian online yang mendaftar kepada ketua pelaksana datang dari luar kota.

 

"Tak disangka peserta kajian online yang terdaftar datang dari luar Madura seperti Jawa Tengah, Bali, Jakarta, Jawa Barat, Sumatra, Aceh, hingga Sulawesi Selatan," ungkap Ainul Yakin.

 

Sebelum dimulai, Amelia Safitri sebagai moderator membuka diskusi menjelang buka puasa dengan memberikan motivasi kepada peserta.

 

"Sebagai kader muda NU harus bersyukur apa yang Allah karuniakan. Kita tetap istikamah dan tegar saat menghadapi pandemi ini," ujarnya.

 

Gus Harir selaku pemantik membuka diskusi dengan memberikan deskripsi singkat tentang Covid-19.

 

"Wabah sudah ada sejak zaman Nabi hingga masa kini. Covid-19 yang muncul di Wuhan adalah virus influenza yang berevolusi menjadi virus yang mematikan," katanya.

 

Dirinya memberikan pengetahuannya bahwa Covid-19 memiliki daya tular yang cepat yang penularannya melalui percikan air liur atau droplet dan saat bersentuhan.

 

"Droplet yang terbesar lewat bersin, batuk, dan saat berbicara yang menjadi keluar masuknya virus tersebut," imbuhnya.

 

Dirinya menambahkan, ketika virus tersebut menempel pada tubuh, maka akan berkembang ditenggorokan sehingga mampu menyumbat saluran pernafasan.

 

Tips yang paling sederhana untuk mencegah penularannya yakni menjaga kebersihan atau annadhafatu minal iman.

 

"Tuntunan yang diajarkan Nabi dipegang teguh oleh kita sehingga dijauhkan dari virus tersebut. Kalau sekarang dikenal dengan istilah cuci tangan," urainya.

 

Dirinya memberikan imbauan untuk tidak panik dan takut, terutama bagi yang berada di zona merah.

 

"Kita harus bisa mengontrol atau self control dan jangan takabbur. Karena Allah lah yang menciptakan virus dan yang menyembuhkan," pesannya.

 

Instruksi yang dikeluarkan pemerintah dan tenaga medis harus diamalkan, karena kenyataannya masih banyak masyarakat yang berada di zona merah melaksanakan shalat Jumat dan tarawih tanpa mengikuti protokol.

 

"Kami mengharap semua mengedukasi. Bantuan yang diberikan oleh Gugas NU kepada masyarakat sudah cukup banyak, mulai dari masker, tempat cuci tangan atau wastafel beserta sabunnya dan hand sanitizer harus dipakai sebelum masuk masjid," jelasnya.

 

Dirinya menjawab pertanyaan Zainurrahman Rafiki delegasi PC IPPNU Situbondo dan Taliza Anggraeni PAC. Jatinegara Kabupaten Tegal saat sesi tanya jawab dibuka oleh moderator.

 

"Kita harus mengedepankan ikhtiar daripada tawakkal. Karena ini modal awal untuk mencegah penularan virus," katanya.

 

Ia menegaskan, tugas ini yang harus dipikul oleh kader IPNU-IPPNU sebagai insan akademika untuk meluruskan dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat pedesaan.

 

"Hal terpenting ketika menghadapi masyarakat, kita harus berbicara sopan kepada yang tua dan bagi yang muda arahkan mereka dengan bahasa yang sopan dan lembut serta tidak terkesan menggurui, sehingga bisa menerima apa yang kita bicarakan," ungkapnya.

 

Intinya protokol pemerintah harus ditaati. Jika tidak, maka pandemi Covid-19 tidak akan berakhir.

 

Di lain sisi, pemantik juga menjawab pertanyaan Auqil Mirza delegasi dari PAC Pragaan yang bertanya tentang keakuratan data yang ada di berbagai situs.

 

"Kita harus bisa memfilter informasi di dunia maya. Di era digital ini kader muda NU harus bisa memilah dan memilih informasi yang akurat seperti situs pemerintah, PBNU atau NU Online dan yang lainnya," ujarnya.

 

Ia menegaskan bahwa saat ini banyak kabar hoaks yang memperkeruh keadaan, sehingga berimplikasi pada masyarakat untuk melawan kebijakan pemerintah. Juga timbulnya ketakutan yang mencekam pada masyarakat.

 

"Contoh beredarnya WA yang menyatakan bahwa Covid-19 akan berakhir saat terbitnya bintang tsurayya," imbuhnya.

 

Dalam analisisnya bahwa bintang tersebut tidak ada sangkut pautannya dengan Covid-19. Di dalam literatur bintang tersebut akan memusnahkan hama-hama yang menjangkiti tanaman.

 

Yang perlu diperhatikan di bulan Ramadlan adalah dampak Covid-19 yang mampu melumpuhkan sendi perekonomian masyarakat bawah.

 

"Ingat, Covid-19 memberi dampak yang cukup luas kepada kaum mustadlafin. Penghasilannya sehari-hari terhenti akibat physical distancing dan lock down," ungkapnya.

 

Menurutnya orang yang seperti itulah yang harus dibantu, apalagi bagi masyarakat yang terdeteksi positif. Sehingga aktivitasnya dibatasi oleh sejumlah aturan.

 

"Salurkanlah apa yang kita punya. Jika tidak punya uang atau barang, cukup kita sebarkan meme-meme di berbagai media sosial agar masyarakat mendapat pengetahuan," harapnya.

 

Di akhir acara moderator menarik kesimpulan bahwa warga NU dan seluruh bangsa diminta untuk mematuhi anjuran pemeritah.

 

"Kita punya kaidah fiqih yang bisa dijadikan rujukan saat mengedukasi masyarakat, yakni dar'ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih," pungkasnya.

 

Kontributor: Firdausi
Editor: Syaifullah
 


Editor:

Madura Terbaru