• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Rehat

Nasib Gaji Gus Dur

Nasib Gaji Gus Dur
Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid. (NOJ/SN)
Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid. (NOJ/SN)

Imam Mudzakir, pengatur kegiatan harian Gus Dur menceritakan bahwa sejak dulu banyak ada orang datang menemui Gus Dur di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Tujuannya untuk meminta uang karena berbagai persoalan: sakit, bayar uang sekolah, sampai ongkos pulang kampung. Dan dengan enteng saja, uang yang dimiliki diserahkan begitu saja.

Demikian pula ketika pemilik nama Abdurrahman Wahid ini menjadi presiden. Arifin Junaidi, anggota DPR RI dan Sekretaris Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa, menceritakan kepada Menteri Pertahanan, Mahfud MD. Bahwa gaji Gus Dur sebagai presiden sering diserahkan begitu saja kepada orang yang ada di dekatnya.

Pada bulan pertama menjadi presiden, Gus Dur menerima gaji dengan amplop coklat. Saat itu dia sedang duduk bersama Alwi Shihab dan Arifin Junaidi. Sesudah menandatangani bukti penerimaan gaji, Gus Dur menyerahkan amplop coklat itu kepada Alwi Shihab.

Ente harus membeli jas yang bagus. Menteri luar negeri jangan memalukan,” kata putra KH Wahid Hasyim ini.

Gus Dur menyerahkan gaji bulan berikutnya kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), AS Hikam yang ketika itu sedang di istana.

Nih, beli sepatu dan jas. Masak, Menristek sepatunya jelek,” ungkap Gus Dur.

Arifin Junaidi merasa heran. Ketika dia tanya kepada Gus Dur, mengapa gajinya diserahkan kepada orang lain, dijawab dengan enteng.

“Ya sudah, gaji bulan berikutnya untuk kamu saja.”

Arifin Junaidi kaget dan berkata: “Bukan begitu, Gus. Maksud saya, Gus Dur harus menyimpan gaji itu untuk kebutuhan Gus Dur karena itu adalah gaji Gus Dur sebagai presiden.”

Gus Dur dengan santai menjawab: “Lha, semua kebutuhan saya sudah disediakan di sini (istana). Saya tak butuh apa-apa, biar dipakai oleh yang butuh saja.”

 

Kepada Gus Dur, alfatihah.


Editor:

Rehat Terbaru